TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Di tengah musim penghujan, Tulungagung menghadapi tantangan serius dalam mengendalikan penyebaran demam berdarah dengue (DBD). UPT Puskesmas Beji telah mengambil langkah proaktif dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus DBD di wilayah tersebut.
Kepala Puskesmas Beji, Dokter Heru Nurcahyo, menekankan pentingnya program pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dan peran aktif kader Juru Pemantau Jentik (jumantik). “Kami mengandalkan kader jumantik untuk memantau dan mengeliminasi potensi sarang nyamuk di lingkungan mereka, mencakup 5 hingga 10 rumah di sekitar tempat tinggal mereka,” ujar Dokter Heru.
Selain itu, Puskesmas Beji juga memperkuat upaya edukasi dengan melibatkan anak-anak sekolah, khususnya siswa sekolah dasar, dalam program jumantik cilik. Program ini bertujuan untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan dalam memantau dan mengontrol perkembangan jentik nyamuk di lingkungan mereka.
“Ketika anak-anak terlibat dalam menyampaikan informasi tentang jentik nyamuk, kami menemukan bahwa masyarakat lebih terbuka dan responsif,” tambah Dokter Heru.
Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan, Puskesmas Beji berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi DBD. Edukasi dan sosialisasi terus ditingkatkan, termasuk kepada para pengusaha ban di Kecamatan Boyolangu, untuk memastikan bahwa tempat usaha mereka tidak menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti.
Dokter Heru juga mengingatkan masyarakat Beji untuk tidak ragu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala demam lebih dari tiga hari. “Kami mengajak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan PSM, menerapkan 3M, dan rutin memantau jentik di lingkungan mereka,” pesan Dokter Heru.
Puskesmas Beji siap mendukung masyarakat dalam upaya pencegahan DBD, dengan harapan dapat menurunkan angka kejadian dan melindungi kesehatan masyarakat Tulungagung.
