160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

SMAN 1 Boyolangu Tanamkan Budaya Literasi, Cetak Juara dan Generasi Kritis

Wabup Tulungagung Ahmad Baharudin SM menyerahkan Tropi juara II untuk Queena Regita Al Ekly.

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Semangat literasi terus menyala di SMAN 1 Boyolangu. Lewat strategi terarah dan budaya membaca yang konsisten, sekolah ini berhasil mengantarkan siswanya, Queena Regita Al Ekly, meraih Juara 2 Lomba Resensi Tingkat SMA se-Kabupaten Tulungagung yang digelar di GOR Lembupeteng, Selasa (16/9/2025).

Menurut Nisa Nur Dina, Guru Bahasa Indonesia sekaligus Koordinator Literasi SMAN 1 Boyolangu, prestasi tersebut lahir dari program literasi yang sudah terstruktur. Setiap Jumat, selama tiga jam pertama, siswa mengikuti beragam aktivitas: mulai dari baca-tulis, literasi Al-Qur’an, literasi digital, hingga pembiasaan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
“Kami sudah lama membudayakan gerakan wajib membaca. Setiap siswa minimal membaca tiga buku per semester dan membuat laporan. Tidak hanya meresume, tapi juga menilai kritis apa yang mereka baca,” jelas Nisa.

Peran guru pendamping, lanjutnya, sangat penting. Mereka senantiasa memberi motivasi, pembinaan, hingga pendampingan intensif. “Juara bukan tujuan akhir. Yang lebih penting adalah membangun jiwa bersaing dan semangat berjuang. Prestasi hanyalah bonus,” tegasnya.

Ke depan, SMAN 1 Boyolangu berkomitmen memperkuat budaya literasi lewat program wajib baca, pemilihan duta literasi, serta komunitas Koboi Literasi dan Oke Literata. “Kami ingin anak-anak yang berjiwa literasi bisa bersaing, tak hanya di kabupaten, tapi juga regional, nasional, hingga internasional. Literasi adalah kunci sukses,” ujar Nisa.

750 x 100 AD PLACEMENT

 

Suara Gen Z dari Juara 2
Bagi Queena Regita, literasi adalah ruang ekspresi yang relevan dengan generasi muda. “Saya pengen buktiin kalau literasi itu nggak kalah keren dari lomba akademik atau olahraga. Resensi bukan sekadar nulis ulang isi buku, tapi gimana kita bisa kasih perspektif kritis. Ini cara nge-voice out pemikiran Gen Z,” ungkapnya.

Dalam lomba, Queena memilih buku yang dekat dengan isu anak muda. Baginya, karya yang relevan lebih mudah menggugah pembaca. “Kalau cuma dibaca tanpa rasa, ya lewat aja. Saya pengen nunjukin kalau isi buku bisa nyambung banget sama hidup kita,” katanya.

Meski sempat ragu dengan tulisannya, keraguan itu justru jadi pemacu untuk tampil lebih kritis. “Tantangan terbesarnya bikin tulisan beda dari yang lain. Tapi itu bikin saya belajar memberi sudut pandang baru,” jelasnya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Saat diumumkan sebagai juara, Queena merasa bangga sekaligus tertantang. “Juara 2 itu bukan garis akhir, tapi booster buat terus nulis dan belajar,” ujarnya.
Baginya, kunci resensi yang baik adalah keberanian untuk berbeda. “Resensi bukan sekadar memuji, tapi memberi catatan kritis. Kalau tulisan punya suara yang jujur, pasti lebih hidup,” tegas Queena.

 

Literasi sebagai Senjata
Lebih jauh, Queena menegaskan bahwa literasi adalah “senjata” anak muda menghadapi zaman. “Baca itu bukan beban, tapi senjata. Jangan nunggu disuruh. Mulai aja dari buku atau artikel yang relate sama hidup kita. Dari situ, nulis akan mengalir sendiri. Literasi bikin kita nggak gampang dibodohi zaman,” katanya mantap.

750 x 100 AD PLACEMENT

Didukung guru, keluarga, dan teman-teman yang selalu jadi pembaca pertama, Queena kini menatap target lebih tinggi: konsisten menulis resensi, artikel, maupun karya kreatif, dan berharap karyanya bisa dipublikasikan lebih luas.
“Target saya sederhana: tulisan saya bisa ngasih impact nyata buat orang lain,” pungkasnya.

Dengan semangat guru dan siswa yang saling menguatkan, SMAN 1 Boyolangu membuktikan bahwa literasi bukan sekadar kegiatan membaca, tetapi gerakan membentuk karakter, daya kritis, dan daya saing generasi muda.

Jurnalis: Pandhu
Editor Tanu Metir

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !