Di Tulungagung 26 PDP yang 16 Sembuh dan Dinyatakan Negatif Covid-19
HARIAN-NEWS.COM (TULUNGAGUNG) – Pemerintah kabupaten Tulungagung terus berupaya menghambat penularan Covid 19 , namun semua tidak akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat.
Untuk itulah maka Plt. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Bambang Triono, melalui Kasi Pengendalian Penyakit Menular, Didik Eka
Kepada masyyarakat diharapkan untuk selalu mematuhi himbauan pemerintah, karena di Indonesia sudah ada positif kita semua adalah ODR atau orang dengan resiko namun bila berasal dari daerah yang sudah ada positif covid 19 maka itu adalah ODP atau orang dalam pengawasan wajib mengisolasi diri selama 14 hari.
Kepada masyarakat Tulungagung, dirinya menghimbau kepada masyarakat bila menemukan orang yang baru berpergian ke daerah yang sudah ada positif covid 19 Seperti Blitar, Magetan, Sidoarjo, Solo, Malang, Jakarta, untuk segera melaporkan ke pemerintah desa , Babinsa atau Bhabinkamtibmas.
“Jangan masyarakat sendiri sebab rawan benturan sosial,” kata Didik Eka.
Saat ini semua telah bergerak dalm satu tekad untuk pencegahan penularan covid 19 baik Forkopimda, muspika sampai ke tingkat RT.
Sebelumnya Plt. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung telah memastikan saat ini di Tulungagung masih 0 kasus COVID-19. “Saat ini pemerintah sudah sangat transparan. Jadi gak ada yang ditutup-tutupi. Bilamana ada yang positif, pasti dinyatakan positif, begitupun sebaliknya,”
Sementara itu, Tulungagung tercatat sebanyak 410 orang berstatus ODP yang saat ini tengah diisolasi mandiri di rumah masing-masing, hal itu disampaikan Didik Eka mewakili Bambang Triono selaku Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jumat 27 Maret 2020.
Sedangkan sebanyak 26 orang berstatus PDP (Penderita Dalam Pengawasan), dengan 16 di antaranya sudah dinyatakan sembuh dan negatif COVID-19. Temuan ODP ini dari penjaringan di Puskesmas Ngantru dan Bangunjaya, Pakel.
Lebih lanjut, banyaknya temuan ODP di Tulungagung menurutnya dikarenakan 2 faktor kemungkinan. Yakni bisa jadi orang tersebut memeriksakan kondisinya ke puskesmas. Namun bisa juga dari pihak desa maupun tenaga medis yang jemput bola karena tahu ada warga yang baru berpergian dari red zone.
“Itu kemungkinannya ada dua. Bisa karena masyarakat saat ini sudah sadar akan himbauan pemerintah daerah. Namun bisa juga, ada laporan dari perangkat desa yang warganya sehabis pulang dari red zone. Sehingga pihak medis langsung jemput bola,” ujarnya (agp/br/red)