160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Perbaikan Program MBG: Dari Kecemasan Menuju Keamanan Pangan yang Berkeadilan

Oleh: Imam Mawardi Ridlwan

.

HARIAN- NEWS. com –

“Semoga besuk tidak ada yang keracunan lagi.”

750 x 100 AD PLACEMENT

Ucapan itu bukan sekadar harapan, melainkan jeritan hati seorang penerima manfaat Program MBG yang saya temui Rabu lalu (17/9/2025).

Ia tidak bicara panjang, tapi cukup untuk menggambarkan luka yang belum sembuh. Senin menjelang maghrib (22/9/2025), seorang rekan mengirimkan foto sajian MBG di salah satu SDN. Makanan itu tak tersentuh oleh murid. Rekan saya pun mengumpulkannya, lalu dibawa pulang. Bukan untuk dimakan, tapi untuk direnungkan.

Ada yang tidak beres. Tapi banyak yang memilih diam. Para guru yang mendampingi siswa penerima manfaat MBG seolah terjebak dalam dilema.

Mereka tahu, mereka melihat, tapi tak berani bicara. Sindiran halus seperti “Ngono yoo ngono, nanging ojo ngono” menjadi pelampiasan. Sebuah peribahasa Jawa yang menyimpan kritik terhadap mitra atau Kasatpel SPPG yang abai.

750 x 100 AD PLACEMENT

Padahal MBG adalah program intervensi sosial paling progresif dari negara. Ia lahir dari niat mulia: memenuhi gizi anak-anak bangsa.

Tapi jika pelaksanaannya justru menimbulkan kecemasan, bahkan keracunan, maka keberanian untuk mengevaluasi harus lebih besar dari keinginan mempertahankan nama baik.

SPPG yang menjadi sumber kecemasan harus ditinjau ulang. SPPG yang menyebabkan keracunan harus dihentikan.
Namun tidak semua dapur SPPG sama. Ada yang amanah, jujur, dan diterima dengan syukur oleh penerima manfaat.

Mereka layak diberi rekomendasi untuk menambah sasaran. Bahkan diberi peluang mengelola dapur SPPG lainnya. Karena MBG bukan sekadar program, ia adalah amanah. Dan amanah hanya bisa dijalankan oleh mereka yang menjaga integritas.

750 x 100 AD PLACEMENT

Program MBG baru berjalan delapan bulan. Masih muda. Masih banyak ruang untuk perbaikan. Tapi waktu tidak menunggu. Kontrol kualitas dan keamanan pangan harus segera diperkuat. Masyarakat wajib dilibatkan dalam pengawasan. Karena keracunan bukan sekadar insiden, ia adalah bukti nyata bahwa sistem belum bekerja.

Lalu bagaimana perbaikannya?

Jalan bijaksana adalah pembinaan dan pengawasan menyeluruh terhadap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Semua harus tunduk pada standar keamanan pangan. Higienitas makanan bukan pilihan, tapi kewajiban. Relawan perlu ditingkatkan keahliannya. Karena mereka bukan sekadar pelayan, mereka adalah penjaga kehidupan anak-anak.

Perbaikan terbaik adalah membangun sistem keamanan pangan yang kokoh. Menerapkan SOP penanganan makanan.

Memanfaatkan teknologi untuk pengawasan berbasis data. BGN sudah bisa memantau distribusi dan kualitas bahan pangan secara real-time. Maka audit dan sertifikasi keamanan pangan harus dipercepat. Kolaborasi lintas lembaga, dinas kesehatan, BPOM, dan pemerintah daerah menjadi kunci.

Semoga ikhtiar ini mampu mencegah kasus keracunan. Semoga MBG kembali menjadi harapan, bukan kecemasan. Dan semoga anak-anak kita tumbuh sehat, cerdas, dan berakhlak mulia, karena mereka diberi makan dengan amanah, bukan asal jadi.

*Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !