160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Jaswadi Berkhidmat di Ujung Ombak: Kisah Pengabdian, Asa, dan Pendidikan dari Dusun Ngelo

 

TULUNGAGUNG, HARIAN- -NEWS.com – Di tepi pantai selatan Tulungagung, ada sebuah dusun yang dulu nyaris tak terjangkau—Ngelo, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung. Tak ada sinyal, tak ada aspal, hanya jalan berlumpur dan ombak yang terus memecah di batu-batu karang.

Foto : Perjuangan Jaswadi untuk mengajar harus melintasi jalan berlumpur, berbukit hingga berliku.

Di sanalah, tahun 2010, seorang guru bernama Jaswadi datang membawa amanah negara: mengajar di SD Dusun Ngelo.

750 x 100 AD PLACEMENT

Setiap hari, Jaswadi menempuh perjalanan lebih dari 35 km dari rumahnya di Beji, Boyolangu. Tidak ada yang menyambutnya kala itu. Tapi ia tak butuh sambutan. Ia datang bukan untuk jabatan, melainkan untuk berkhidmat.
“Di tempat seperti ini, justru saya merasa hidup,” begitu kira-kira yang diyakini Jaswadi. Di sela mengajar, ia mulai menanam pisang di tanah Perhutani untuk menyambung nafkah. Namun yang paling ia tanam bukan pisang—melainkan harapan.

Foto : Jaswadi membangun keakraban antara guru dan murid.

Harapan itu berakar dari keyakinan: bahwa anak-anak Ngelo berhak punya masa depan. Maka pelan-pelan ia kirim santri dari dusun ke Pesantren Al Azhaar Tulungagung. Ia ingin mereka pulang suatu hari, menjadi kader yang tumbuh dari sunyi, lalu menyalakan terang.
Dan terang itu mulai menyala.

Tahun 2017, sebuah peristiwa kecil tapi penuh makna terjadi. Pak Mar, warga Ngelo, mewakafkan sebidang tanah 18×10 meter untuk LPI Al Azhaar. Tanah itu kecil, tapi tekad yang menyertainya besar. Di atasnya, akan berdiri tonggak baru: madrasah untuk anak-anak dusun.

Di tahun yang sama, LPI Al Azhaar mulai menyemai majelis dzikir di Ngelo. Nilai-nilai Islam ahlussunnah wal jama’ah An-Nahdliyah disampaikan pelan-pelan. Dari bibir ke bibir. Dari hati ke hati.

750 x 100 AD PLACEMENT

Kini, jalan menuju Ngelo mulai terbuka, berkat pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang dimulai 2024. Tapi pembukaan jalan itu bukan hanya urusan infrastruktur—itu adalah pintu masuk harapan baru.

Maka LPI Al Azhaar bersiap membangun MI Tahfidz Al Azhaar Ngelo. Tiga ruang kelas tahap awal akan dibangun di atas tanah wakaf tadi. Inilah sekolah yang tumbuh dari cita-cita panjang.

 

Namun semua itu tak bisa berjalan sendiri.
LPI Al Azhaar mengajak siapa pun yang ingin menjadi bagian dari kisah ini. Bukan dengan uang semata, tapi dengan bahan bangunan: pasir, semen, batu, kayu, besi, bata ringan—apa pun yang bisa jadi jariyah. Jariyah bukan hanya amal; ia adalah investasi keabadian, yang nilainya tak akan luntur meski dunia terus berganti.

750 x 100 AD PLACEMENT

Bagi yang ingin bergabung dalam bahtera kebaikan ini, bisa menghubungi: Heru Syaifuddin – Kepala Direktorat Humas LPI Al Azhaar Tulungagung 0852-3559-1623

Setiap derma akan dilaporkan secara berkala. Setiap bata yang tertanam, insyaAllah menjadi saksi. Karena di ujung ombak itu, ada cahaya pendidikan yang sedang tumbuh. Dan kita semua bisa jadi bagian dari nyalanya.

Generasi Pejuang dari Ngelo

Setiap pagi, di sebuah dusun di ujung selatan Tulungagung, anak-anak ini menyusuri lumpur untuk bisa sekolah. Bukan karena mereka ingin jadi pahlawan. Tapi karena mereka tahu: pendidikan adalah satu-satunya jalan keluar dari keterpencilan. Nama dusunnya: Ngelo, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung.

.IMR

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !