
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Hujan sejak maghrib tak menyurutkan langkah ribuan jamaah untuk hadir dalam Dzikir dan Sholawat Maulid Nabi Muhammad ﷺ di Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, Tulungagung, Rabu malam (10/9/2025). Suasana teduh menyelimuti, seolah hujan pun ikut mengiringi lantunan sholawat yang menggema hingga larut malam.
Tidak kurang dari 2.500 jamaah memadati hall utama pesantren. Sebagian duduk bersila, sebagian berdiri, sementara ratusan jamaah lainnya rela berada di luar ruangan. Bahkan, ribuan jamaah daring turut larut dalam alunan sholawat dari layar-layar kecil di berbagai penjuru negeri.
Acara yang telah menjadi tradisi tahunan ini menghadirkan ulama-ulama ternama, di antaranya KH. Nashir Mansur Idris dari Jakarta. Dalam tausiahnya, ia menegaskan bahwa umat Nabi Muhammad ﷺ adalah umat cinta damai.
“Jaga putra-putri agar tidak terlibat demo anarkis. Ajaran nabi kita adalah ajaran damai, bukan kekerasan,” pesan KH. Nashir dengan nada lembut namun tegas.
Sementara itu, Pengasuh Pesantren Al Azhaar, KH. Imam Mawardi Ridlwan, menekankan pentingnya kekuatan doa dalam menjaga bangsa. “Kita doakan bumi pertiwi ini damai dan makmur. Indonesia tidak hanya butuh pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan ruhani. Kita bantu bangsa dengan doa,” ujarnya.
Kehadiran ulama internasional menambah keberkahan acara, di antaranya Habib Muhammad Hasan Al Jufri dari Mukalla, Yaman, serta Munsyid Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani dari Mekkah. Kehadiran mereka membawa nuansa keislaman dunia ke bumi Tulungagung.
Dzikir dan sholawat ini bukan sekadar mengenang kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, melainkan juga menghidupkan sunnah, menumbuhkan cinta, dan meneguhkan harapan akan Indonesia yang damai tanpa anarkis, serta makmur tanpa harus saling meniadakan.
Hadir pula tokoh-tokoh agama dan masyarakat, di antaranya KH. Abdul Kholiq (Mbah Dul), KH. Baidlowi, Camat Kedungwaru, Kapolsek Kedungwaru, perwakilan Kemenag Kabupaten Tulungagung, Kyai Salim, Kyai Abu Syamsudin, Gus Thoha, KH. Ghufron, Abah Mukri, serta para masyayikh lainnya.
Malam itu, di tengah hujan yang meneduhkan, gema sholawat menjadi doa bersama: agar Indonesia tetap teduh, damai, dan makmur.
Jurnalis: IMR/AG
Editor Tanu Metir