
CFD: Ratusan UMKM Tumpah Ruah di Tepi Sungai Ngrowo, Tradisi Lokal Jadi Magnet Wisata Warga
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Suasana Dusun Ngruweng, Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, terasa berbeda dari biasanya. Minggu pagi (27/7/2025), ratusan warga tumpah ruah memadati tepi Sungai Ngrowo, menyambut antusias hadirnya Car Free Day (CFD) perdana bertajuk CFD Desa “Jempol”—singkatan dari Jelajah Produk Lokal.
Kegiatan ini bukan sekadar olahraga pagi. Lebih dari itu, CFD “Jempol” menjelma menjadi ruang publik kreatif yang menghadirkan hiburan, interaksi sosial, sekaligus panggung promosi bagi lebih dari 130 pelaku UMKM lokal yang tampil unjuk gigi.
“Kami ingin menghidupkan ruang publik dengan nuansa produktif. Di sini, UMKM bisa langsung mengenalkan produknya, meningkatkan penjualan, dan membangun merek,” ungkap Sutikno, Ketua Panitia CFD Desa Jempol.
Ia menyebut, tingginya animo pelaku usaha bahkan mendorong rencana perluasan jumlah stan hingga 150 titik. “Kami siapkan ID card untuk pelapak dan sistem pendaftaran via website, agar tertib dan transparan,” imbuhnya.
Kuliner Tradisional, Musik, dan Harmoni Warga
Acara ini makin meriah dengan kehadiran panggung hiburan yang menampilkan artis lokal, salah satunya Widya, yang turut memberikan apresiasi atas semangat UMKM Tulungagung.
“Ramai sekali, suasananya adem dan sangat hidup. Ini bisa jadi destinasi baru, bukan hanya buat belanja tapi juga rekreasi keluarga,” ujarnya.
Salah satu pelaku UMKM, Tasya, membawa makanan khas seperti gempol ayu dan nasi tiwul ikan laut. Ia mengaku tak menyangka produknya langsung habis diburu pembeli.
“Baru pertama jualan langsung laris. Banyak orang tua yang kangen jajanan tempo dulu. Ini pengalaman luar biasa,” katanya.
Kolaborasi Pemerintah dan Warga Jadi Kunci
Kegiatan ini tak lepas dari dukungan banyak pihak—Dinas Jasa Tirta, Pemerintah Desa Moyoketen, Polsek Boyolangu, hingga Koramil setempat. Untuk fasilitas umum seperti MCK, sementara difasilitasi lewat kerja sama warga.
CFD Desa “Jempol” membuktikan bahwa ketika ruang publik dikelola bersama dan diberdayakan, ia bisa menjadi motor penggerak ekonomi, penguat identitas lokal, dan perekat kebersamaan masyarakat.
“Harapan kami, acara ini bisa terus berlangsung, konsisten, dan menjadi ikon baru Tulungagung di akhir pekan,” tutup Sutikno.
Jurnalis Pandhu
Editor Tanu Metir