160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Bupati Tulungagung Apresiasi PWRI Tulungagung Rayakan HUT ke-63: Teguhkan Peran Lansia dalam Pembangunan Budaya Menuju Indonesia Emas

Foto: Ketua PWRI Kabupaten Tulungagung, Drs. Bambang Setya Sukardjono, M.Si.,

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Suasana khidmat dan semangat kebangsaan menyelimuti Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, Rabu pagi (30/7/2025), saat Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Tulungagung memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-63.

Peringatan tahun ini mengusung tema besar: “Dengan Semangat Merah Putih, Kita Teguhkan Peran PWRI dalam Proses Transformasi Kultural Kaum Lansia Menuju Indonesia Emas.”
Momentum tersebut tak sekadar menjadi seremoni, melainkan wujud nyata peran strategis para pensiunan dalam menjaga nilai-nilai budaya dan mendorong kemandirian lansia di era bonus demografi.

750 x 100 AD PLACEMENT

Hadirkan Sinergi, Tekankan Produktivitas Lansia
Acara dihadiri Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo, S.E., M.E., jajaran Forkopimda, Ketua PWRI Provinsi Jawa Timur Dr. H. Mashoed, M.Si., Ketua KORPRI, Ketua Dewan Pendidikan, serta perwakilan organisasi mitra seperti PEPABRI, PPAL, dan Kwarcab Pramuka.

Sambutan Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo di HUT PWRI ke 63/2025:
“Saya menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh pengurus dan anggota PWRI Kabupaten Tulungagung yang tetap bersemangat, produktif, dan berkontribusi nyata dalam proses transformasi kultural lansia menuju Indonesia Emas. Lansia bukanlah beban, melainkan aset bangsa yang terus menjaga nilai-nilai kebangsaan dan budaya lokal.”

Sementara itu, Ketua PWRI Kabupaten Tulungagung, Drs. Bambang Setya Sukardjono, M.Si., dalam sambutannya menekankan bahwa isu kependudukan bukan hanya milik generasi muda. Justru, meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia harus menjadi momentum untuk membangun ekosistem lansia yang sehat, mandiri, dan produktif.
“Lansia bukan beban. Mereka tetap bisa berkarya dan berkontribusi. Transformasi kultural sangat penting agar para lansia tetap berdaya di masyarakat,” tegas Bambang.

Inovasi Budaya: Batik “Andhe-Andhe Lumut” Gagrak Tulungagungan
Salah satu inovasi unggulan PWRI Tulungagung adalah penciptaan motif batik khas yang diberi nama “Andhe-Andhe Lumut”. Motif ini mengangkat cerita Panji versi lokal yang erat dengan budaya Tulungagung, khususnya wilayah Rowosapen Desa Majan, Kedungwaru, Tulungagung.

750 x 100 AD PLACEMENT

Motif batik tersebut telah memiliki hak cipta dan secara resmi menjadi milik PWRI selama 50 tahun. Lebih dari sekadar karya budaya, batik ini menjadi sumber pendapatan dan kebanggaan organisasi.
“Batik ini milik kita bersama. Ini bukti bahwa PWRI bisa tetap produktif dan turut menjaga warisan budaya daerah,” ungkap Ketua PWRI dengan bangga.

Program Pangan Sehat dan Ramah Lingkungan
PWRI juga menunjukkan kepeduliannya terhadap kebutuhan dasar anggota melalui program sandang, pangan, dan kesehatan. Program ini mengedepankan pendekatan ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya lokal desa.
“Kami ingin hadirkan beras dan telur sehat dengan harga terjangkau bagi lansia, tanpa merugikan petani. Inovasinya, kita gunakan pestisida alami dan tekan biaya produksi,” papar Bambang.

Seruan Kebudayaan dan Kolaborasi Lintas Generasi
Tak hanya itu, PWRI aktif bersinergi dengan lembaga pemerintah dan asosiasi budaya untuk membangun ekosistem kebudayaan yang menyatu dengan nilai-nilai lokal, alam, dan sejarah. Ketua PWRI menekankan pentingnya dukungan regulasi dari pemerintah agar lansia dapat tetap eksis secara budaya dan sosial.
Di akhir sambutannya, ia mengajak generasi muda untuk bersatu dalam menjaga kebudayaan dan menghargai kontribusi lansia.
“Jangan biarkan batik hanya jadi cerita masa lalu. Anak muda juga harus menciptakan batik versi mereka sendiri. Mari tua-muda bersatu untuk Indonesia yang lebih maju,” tutupnya penuh semangat.

750 x 100 AD PLACEMENT

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !