
Oleh: Imam Mawardi Ridlwan Dewan*
HARIAN- NEWS.com – Saya tidak sedang menulis tentang kejadian akhir Agustus 2025, ketika karnaval bocah dan malam kesenian tiba-tiba tercoreng aksi bakar-bakaran. Bukan itu yang ingin saya bahas. Saya menulis soal anarkisme, kapan pun dan oleh siapa pun. Sebab, tidak ada agama yangg membenarkannya.
Gedung DPRD dibakar. Kantor polisi hangus. Jalanan penuh asap dan ketakutan. Lalu mari kita bertanya dengan jujur: siapa sebenarnya yang paling rugi?
Apakah anggota DPRD rugi? Tidak. Gaji mereka tetap mengalir setiap bulan. Rapat pun bisa dengan mudah dipindah ke hotel berbintang, dibiayai anggaran negara.
Meja, kursi, atau lemari yang terbakar? Dibeli lagi dengan uang rakyat. Gedung direnovasi dengan APBD. Kantor polisi dibangun ulang dengan APBN. Semua kembali berdiri. Tapi tidak demikian dengan rakyat kecil.
Yang benar-benar rugi adalah pemilik warung yang harus menutup usaha karena takut. Pengemudi ojek daring yang kehilangan order karena jalan mencekam. Ibu-ibu yang tak bisa berbelanja karena toko tutup. Anak-anak yang tak bisa sekolah karena akses jalan diblokir. Usaha kecil yang terhenti, lalu melahirkan pengangguran baru.
Singkatnya, yang rugi adalah kita semua.
Anarkisme tidak pernah menjadi solusi. Ia hanya melahirkan kerusakan yang ironisnya harus dibayar oleh mereka yang tidak pernah ikut membakar. Bahkan para pelaku anarki pun akhirnya ikut menanggung akibatnya: harga kebutuhan melonjak, layanan publik terganggu, rasa aman menguap.
Kemarahan itu wajar. Ketidakadilan memang nyata. Namun membakar bukanlah jalan keluar. Karena ujung-ujungnya, yang merasakan derita bukan mereka yang duduk di kursi empuk kekuasaan, melainkan rakyat biasa—kita semua.
Sejarah telah membuktikan, perubahan besar tidak lahir dari api dan amarah, melainkan dari kesadaran, keberanian, dan kerja keras yang konsisten.
Maka, jika kita menginginkan perubahan sejati, mari mulai dari hal yang paling sulit: berpikir jernih di tengah kemarahan. Kembalikan hati pada rumah ibadah. Bersujud, memohon pada Sang Penjaga Jagad.
*Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokad Pejuang Islam