
Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo membacakan Pidato Gubernur Jawa Timur (foto by Pandhu).
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Upacara peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur di halaman Kantor Pemkab Tulungagung, Senin (13/10/2025), berlangsung khidmat namun sarat makna. Di hadapan Forkopimda, pejabat daerah, dan pelajar, Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo membacakan amanat Gubernur Jawa Timur yang menyoroti refleksi delapan dekade perjalanan provinsi ini sebagai kawasan paling dinamis di Indonesia.
Dengan tema “Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh,” pesan Gubernur menegaskan bahwa ketangguhan tidak cukup hanya diukur dari kemampuan bertahan, tetapi juga sejauh mana pertumbuhan itu mampu dirasakan oleh seluruh rakyat.
“Ketangguhan harus melahirkan pertumbuhan. Jawa Timur tidak hanya bertahan, tapi juga melompat menuju kemajuan,” ujar Gatut dengan nada tegas.
Duka yang Menyentil Kesadaran Kolektif
Pidato diawali dengan ajakan hening cipta bagi para santri korban runtuhnya musala di Pondok Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo. Tragedi tersebut menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dalam pembangunan infrastruktur pendidikan berbasis pesantren.
“Peristiwa ini adalah duka mendalam sekaligus pengingat tanggung jawab kita menjamin lingkungan belajar yang aman dan layak bagi setiap santri dan pelajar,” ucap Gatut membacakan pesan Gubernur.
Ungkapan itu menyentil kesadaran publik: di tengah gegap-gempita pembangunan, keselamatan manusia sering kali menjadi catatan kaki.
Pertumbuhan Ekonomi Stabil, Tapi Belum Merata
Dalam laporannya, Gubernur menyampaikan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II 2025 mencapai 5,23 persen (yoy) — di atas rata-rata nasional. Investasi pun mencatat rekor tertinggi satu dekade terakhir, yakni Rp147,3 triliun.
Namun, Gatut mengingatkan bahwa pertumbuhan ini belum sepenuhnya merata.
“Desa harus menjadi akar kemandirian ekonomi rakyat,” tegasnya.
Data menunjukkan tingkat kemiskinan menurun menjadi 9,5 persen dan kemiskinan ekstrem 0,66 persen. Meski demikian, kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih menjadi pekerjaan rumah besar.
Jawa Timur, Lumbung Pangan yang Diuji
Sebagai lumbung pangan nasional, Jawa Timur menorehkan capaian produksi padi hingga 12 juta ton GKP selama Januari–November 2025, tertinggi di Indonesia.
Namun, ekspansi industri yang menggerus lahan pertanian menimbulkan kekhawatiran baru.
“Capaian ini milik petani, nelayan, dan peternak — mereka pejuang ketahanan pangan bangsa,” tutur Gatut.
Pemerintah daerah diingatkan agar keberhasilan itu tidak tergerus oleh alih fungsi lahan dan tekanan urbanisasi.
Gerbang Baru Nusantara: Antara Kebanggaan dan Tantangan
Dalam amanatnya, Gubernur menyebut Jawa Timur kini menjadi Gerbang Baru Nusantara, simpul strategis ekonomi yang menghubungkan barat dan timur Indonesia. Dengan 37 pelabuhan, 7 bandara, dan 12 ruas tol, provinsi ini menegaskan diri sebagai poros logistik nasional.
Meski demikian, tantangan keadilan pembangunan masih membayangi. Proyek-proyek besar belum seluruhnya memberi dampak langsung pada masyarakat kecil.
Kendati demikian, Jawa Timur mencatat prestasi membanggakan: peringkat pertama nasional dalam implementasi ekonomi hijau dan transisi berkelanjutan — sinyal bahwa pembangunan bisa berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Pendidikan dan Generasi Muda: Pilar Indonesia Emas
Bidang pendidikan turut mendapat sorotan. Jawa Timur memiliki lebih dari 700 perguruan tinggi dan menjadi salah satu pusat riset terbesar di Indonesia.
Gubernur menegaskan, pendidikan bukan hanya mencetak sarjana, melainkan membentuk generasi tangguh berdaya saing global.
Namun kesenjangan akses antarwilayah masih menjadi tantangan, meskipun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jatim telah masuk kategori tinggi sejak 2020.
“Jer Basuki Mawa Beya”: Falsafah yang Diuji Zaman
Menutup sambutan, Bupati Gatut menyampaikan pesan filosofis Gubernur:
“Jer Basuki Mawa Beya” — kemuliaan hanya dapat diraih dengan pengorbanan.
Namun di tengah era digital dan ekonomi global, falsafah itu kini diuji: apakah pengorbanan rakyat benar-benar diimbangi dengan kesejahteraan yang mereka rasakan?
“Dengan semangat Tangguh Nyawiji, Tumuwuh Mulyo, mari kita bersatu dalam ketangguhan dan bertumbuh menuju kemuliaan,” pungkas Gatut.
Catatan Kritis: Tangguh Tak Cukup, Harus Berkeadilan
Delapan dekade perjalanan Jawa Timur adalah kisah keberhasilan sekaligus pengingat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan infrastruktur megah memang membanggakan, tetapi belum tentu menandakan keadilan sosial telah tercapai.
Pemerintah daerah kini dituntut tidak sekadar membanggakan angka, melainkan memastikan kesejahteraan nyata di setiap lapisan masyarakat.
Karena sejatinya, ketangguhan bukan hanya tentang bertahan, melainkan tentang keberanian memperbaiki yang timpang dan memastikan tak ada yang tertinggal.
Jurnalis: Pandhu
Tanu Metir Editor