
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Suasana Minggu sore (21/9/2025) di Lapangan Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, begitu meriah. Ribuan warga tumpah ruah memenuhi lapangan untuk menyaksikan kopdar layang-layang hias. Langit senja yang biasanya lengang, kali ini berubah semarak, dipenuhi layangan aneka bentuk dan warna.
Dari layangan sederhana hingga raksasa berbentuk burung, semuanya beradu indah di angkasa. Tak hanya warga lokal, pecinta layangan dari berbagai daerah turut hadir membawa karya unik.
Jalan desa mendadak padat, pedagang makanan kebanjiran pembeli, anak-anak berlarian penuh gembira, sementara keluarga duduk santai menikmati suasana.
“Tujuan utama acara ini melestarikan budaya layang-layang sekaligus menggerakkan UMKM. Kalau ada keramaian seperti ini, otomatis pedagang juga ikut terbantu,” ujar Gatut, Ketua Organisasi Petung (Persatuan Layang-Layang Tulungagung).
Menurutnya, agenda serupa akan berlanjut pekan depan dengan lomba layang-layang hias. “Musim layangan hanya empat sampai lima bulan setahun. Kalau ada lomba, insyaallah selalu ramai,” katanya.
Meski demikian, Gatut menyoroti kesadaran pemain soal limbah benang layangan sambitan. “Bukan soal melarang, tapi kalau benang nyangkut dan dibiarkan bisa membahayakan. Kalau limbahnya dipungut, tentu aman,” tegasnya.
Para pegiat layangan Sobontoro berharap kegiatan ini bisa berkembang menjadi agenda wisata budaya berskala kabupaten, bahkan provinsi. “Selama ini kami biayai dari dana pribadi organisasi. Kalau ada sponsor, pasti bisa lebih besar dan meriah,” harap Gatut.
Kopdar layang-layang hias di Sobontoro bukan sekadar hiburan musiman. Ia menjadi ruang silaturahmi, panggung kreativitas, sekaligus simbol kebanggaan warga desa. Dengan dukungan berbagai pihak, Sobontoro kian diperhitungkan sebagai destinasi wisata budaya di Tulungagung.
Jurnalis: Pandhu
Editor Tanu Metir