160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Mengayuh Harapan di Ujung Zaman: Kisah Para Tukang Becak Ditengah Modernisasi Trenggalek

TRENGGALEK, HARIAN-NEWS.com — Di tengah deru kendaraan modern dan layar-layar aplikasi transportasi daring di Trenggalek, Jawa Timur masih ada suara pelan dari roda besi yang terus berputar. Suara itu datang dari becak—dan dari mereka yang masih setia mengayuhnya.

 

 

750 x 100 AD PLACEMENT

Di sudut Alun-Alun Trenggalek, kehidupan berjalan lebih lambat, penuh kesederhanaan dan ketabahan. Sugeng, 58 tahun, adalah satu dari segelintir tukang becak yang masih bertahan. Sejak 1990 ia mengayuh becak, saat kendaraan ini masih menjadi pilihan utama masyarakat.
“Dulu cari rezeki enak, Mas,” ujarnya sembari mengelap peluh. Becak pertamanya dibeli seharga Rp170 ribu. Kini, di tengah bayang-bayang ojek online dan angkutan pribadi, Sugeng hanya mampu menarik penumpang dua hingga tiga kali dalam sepekan.

Ia biasa menunggu penumpang di kawasan pasar sore, dan memiliki pelanggan tetap yang rutin ia antar ke Bank BTPN sebelum tanggal 10 setiap bulan untuk mengambil uang pensiun. Bila penumpang sepi, ia beralih menjadi kuli bangunan. Di pangkalan yang dulu ramai, kini hanya tersisa sekitar 15 tukang becak.

Tak jauh dari sana, di barat SMPN 3 Trenggalek, seorang lelaki tua dengan senyum tulus menunggu rezeki hari itu. Ia adalah Mbah Cuk Suhadi, berusia 81 tahun, dengan enam cucu yang menanti di rumah. Usia tak menghalangi semangatnya untuk terus mengayuh.

Meski kadang pulang tanpa penumpang, ia kerap mendapat sarapan, amplop sedekah, atau sekadar sapaan hangat yang menguatkan hatinya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Ada pula Miselan (55) warga Dukuhan Bagong, Desa Ngantru, yang baru lima tahun terakhir mengayuh becak setelah tak lagi mampu bekerja sebagai kuli bangunan. Ia biasa mangkal di sebelah utara Alun-Alun, dekat ATM Bersama.

Meski hidup tak mudah, ia menjalaninya dengan ikhlas dan penuh syukur, berharap kesehatan dan rezeki tetap mengalir bagi keluarganya.

Mereka bukan sekadar pengayuh becak. Mereka adalah penjaga jejak kota, penutur bisu masa lalu yang berhadapan langsung dengan arus perubahan zaman. Di tengah jalan yang makin padat dan waktu yang terus bergerak cepat, mereka tetap hadir—mengayuh pelan, namun pasti.

750 x 100 AD PLACEMENT

Di balik roda becak yang berderit, terselip doa dan harapan: agar hidup tetap layak, agar profesi ini tak benar-benar hilang dari jalanan Trenggalek.

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !