
Menggapai Cahaya Ilahi: Haflah Takhrij Al-Azhaar, Wisuda 202 Santri Qur’ani
Harlah: KH Imam Mawardi Pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, Prof. Dr. Assayyid Assyaikh Thariq Ghannam Al Hasan Ulama terkemuka dari Libanon, Wakil Bupati Tulungagung Ahmad Baharudin, S.M., santri .
TULUNGAGUNG, HARIAN- NEWS.com – Suasana haru dan penuh makna memenuhi Aula Pesantren Al-Azhaar, Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis pagi (29/5/2025), saat digelar Haflah Takhrij Yanbu’a, Wisuda Hafidh Qur’an, dan Pembacaan Kitab Kuning Metode Arbain.
Acara sakral ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Wakil Bupati Tulungagung Ahmad Baharudin, S.M., serta seorang ulama terkemuka dari Lebanon, Prof. Dr. Assayyid Assyaikh Thariq Ghannam Al Hasani serta wali santri.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Ahmad Baharudin, mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian para santri yang telah menuntaskan pendidikan keislaman.
“Kalian adalah generasi harapan umat. Di tengah kompleksitas zaman, bangsa ini membutuhkan insan yang tak hanya cerdas intelektual, tetapi juga tangguh secara spiritual dan berakhlak mulia. Menghafal Al-Qur’an bukan sekadar capaian luar biasa, melainkan amanah besar untuk menjaga dan mengamalkannya dalam kehidupan,” tegasnya penuh haru.
Sebanyak 202 santri resmi diwisuda pada acara tersebut. Rinciannya, 104 santri menyelesaikan program Yanbu’a, metode tahsin dan tahfidz Al-Qur’an yang sistematis. 55 santri sukses menuntaskan pembelajaran kitab kuning dengan Metode Arbain, yang menyederhanakan kaidah Nahwu Shorof. Sementara itu, 43 santri menerima penghargaan atas pencapaian hafalan Al-Qur’an, mulai dari 4 juz hingga 30 juz.
Menjadikan Al-Qur’an sebagai Pondasi Hidup
Pesantren Al-Azhaar sejak lama dikenal sebagai benteng ilmu yang menjadikan Al-Qur’an sebagai poros utama pendidikan.
KH. Imam Mawardi Ridlwan, selaku pengasuh pondok, menjelaskan bahwa pembinaan hafalan dilakukan dengan sistematis setiap hari.
“Mulai pukul 07.00 hingga 09.00 pagi, santri fokus bersama Al-Qur’an—membaca, tahsin, dan menghafal. Tahun depan, program ini akan diperpanjang hingga pukul 10.00. Setelahnya, mereka mengikuti ujian tasmi’ sebagai bentuk evaluasi,” terangnya.
Ijazah : Wakil Bupati Tulungagung Ahmad Baharudin menyerahkan ijazah pada santri putri.
KH. Imam Mawardi juga menambahkan bahwa Metode Arbain dalam pembelajaran kitab kuning dirancang agar lebih menyenangkan dan tidak membebani.
“Target awalnya adalah 40 hari memahami Nahwu Shorof. Meski realitanya santri rata-rata menyelesaikannya dalam tiga bulan karena kesibukan sekolah formal, hasilnya luar biasa! Mereka kini sudah mampu membaca kitab gundul dengan baik,” tambahnya penuh optimisme.
Harapan untuk Generasi Qur’ani
Di akhir acara, KH. Imam Mawardi menyampaikan pesan mendalam kepada para wisudawan.
“Semoga mereka tetap menjaga hafalan, mengamalkan ilmu, serta menjadi pemimpin yang bermanfaat bagi umat, bangsa, dan negara,” tuturnya dengan penuh harapan.
Haflah Takhrij ini bukan sekadar perpisahan, melainkan momentum untuk menegaskan kembali peran pesantren dalam membangun generasi unggul—cerdas dalam ilmu, kokoh dalam iman, dan mulia dalam akhlak. Dengan komitmen kuat dari pondok serta dukungan pemerintah, masa depan pendidikan Islam di Tulungagung semakin cerah.
Pesantren Al-Azhaar terus membuktikan eksistensinya sebagai benteng moral dan peradaban Islam, melahirkan generasi Qur’ani yang siap menerangi umat.