
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya membawa manfaat bagi pelajar, justru menimbulkan kepanikan di SMP Negeri 1 Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Senin (13/10/2025).
Seusai menyantap menu nasi kuning, ayam kecap, timun, tomat, salak, dan susu kotak, puluhan siswa mendadak mengeluh pusing, mual, hingga muntah. Dalam hitungan jam, suasana sekolah berubah panik. Guru dan petugas sekolah langsung menghubungi Puskesmas Boyolangu untuk penanganan darurat.
Sebanyak 62 siswa dilaporkan mengalami gejala gangguan pencernaan. Dari jumlah itu, 58 anak mendapat perawatan di Puskesmas Boyolangu, 38 di antaranya telah dipulangkan, sedangkan 20 masih dirawat. Empat siswa lain dirujuk ke RSUD dr. Karneni Campurdarat karena kondisinya lebih berat.
“Malam ini masih berdatangan anak-anak yang makan tadi siang. Total 67 anak kami tangani. Dua dokter standby, kondisi insyaallah aman,” ujar Yulaikah, SST., M.Kes., Kepala Puskesmas Boyolangu, kepada Harian News, Senin malam.
Langkah Cepat Pemkab Tulungagung
Pemerintah Kabupaten Tulungagung bergerak cepat. Plt. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung, Anna Sapti Saripah, S.KM, menegaskan pihaknya langsung menurunkan tim untuk investigasi epidemiologi dan pemeriksaan laboratorium.
“Kami sudah mengirim sampel makanan ke tiga laboratorium: Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLK) Surabaya, Laboratorium RSUD dr. Iskak, dan Laboratorium Kesehatan Daerah Tulungagung,” ujarnya. “Swab rectal penjamah makanan juga kami ambil untuk menelusuri kemungkinan kontaminasi bakteri atau kuman,” tambahnya.
Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan menyiagakan tujuh puskesmas di wilayah distribusi MBG — Boyolangu, Campurdarat, Besole, Besuki, Bandung, Pakel, dan Bangunjaya. Dua rumah sakit rujukan, RSUD dr. Iskak dan RSUD dr. Karneni Campurdarat, juga disiagakan penuh.
Sinyal di Balik Dapur MBG
Kasus di SMPN 1 Boyolangu membuka pertanyaan besar soal keamanan pangan dalam program MBG yang selama ini menjadi kebanggaan pemerintah.
Dugaan sementara mengarah pada sumber makanan dari dapur katering lokal. Informasi yang dihimpun Harian News menyebut, penyedia makanan tersebut juga melayani beberapa sekolah lain di wilayah Boyolangu.
Pakar kesehatan masyarakat menilai, titik lemah pelaksanaan program MBG sering kali berada di tahap produksi dan distribusi makanan. “Pemerintah jangan hanya fokus pada pembagian makanan bergizi. Lebih penting memastikan makanan itu benar-benar aman dikonsumsi,” ujar seorang aktivis kesehatan masyarakat di Tulungagung yang enggan disebut namanya.
Menanti Hasil Uji Laboratorium
Hingga berita ini diterbitkan, hasil laboratorium dari tiga lembaga berbeda masih dalam proses. Dinas Kesehatan memastikan akan membuka hasil pemeriksaan secara transparan kepada publik.
Peristiwa ini menjadi alarm bagi Pemkab Tulungagung untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pelaksanaan MBG. Kecepatan penanganan memang patut diapresiasi, namun pengawasan ke depan harus lebih ketat agar kasus serupa tidak terulang.
Program Makan Bergizi Gratis sejatinya ditujukan untuk meningkatkan kualitas gizi dan menekan angka stunting. Namun, peristiwa di SMPN 1 Boyolangu mengingatkan bahwa gizi memang penting, tetapi keselamatan jauh lebih utama.
Jurnalis Pandhu
Editor Tanu Metir