
TULUNGAGUNG, HARIAN- NEWS.com – Pondok Pesantren Al Azhaar di Desa Kedungwaru, Tulungagung, menunjukkan kepeduliannya di Hari Bumi terhadap kelestarian lingkungan dengan mengembangkan Program Panen Air Hujan dan Gerakan Menanam Pohon.
Pengasuh Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, KH. Imam Mawardi Ridlwan, menjelaskan pada Hari Bumi, Rabu (23/4/2025), bahwa pesantrennya telah menerapkan sistem penampungan air hujan dalam kolam resapan sejak awal pembangunan gedung SMP. Langkah ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan air hujan sebagai cadangan air jangka panjang dan menjaga kelestarian sumber air tanah.
“Di Pesantren Al Azhaar Kedungwaru, semua air hujan kita rekayasa agar tertampung di kolam resapan sejak awal membangun SMP,” jelas Abah Imam, sapaan akrabnya.
Lebih lanjut, Abah Imam yang juga merupakan pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur mengajak masyarakat luas untuk meniru langkah pesantren dalam memanen air hujan sebagai sumber air mandiri dan jangka panjang.
Menurutnya, air hujan yang melimpah seringkali terbuang percuma padahal merupakan sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Gerakan panen air hujan ini juga menjadi upaya nyata pesantren dalam mengurangi risiko banjir. Kolam resapan yang ada mampu menampung seluruh air hujan sehingga mengurangi limpasan air ke daratan.
“Pesantren Al Azhaar Kedungwaru ingin membantu menjaga ekosistem dan mengurangi eksploitasi air tanah. Dengan adanya cadangan air hujan, pesantren memiliki sumber air saat musim kemarau,” imbuh Abah Imam.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi setiap 22 April, Pesantren Al Azhaar Kedungwaru semakin meneguhkan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan. Pada Rabu (23/4/2025), pesantren menggelar aksi penanaman 150 batang pohon matoa di sekitar area pesantren.
Abah Imam mengungkapkan bahwa pembangunan Pesantren Al Azhaar selalu diiringi dengan penanaman pohon. Saat ini, lingkungan pesantren telah dipenuhi pohon-pohon besar dan rindang. Gerakan menanam pohon matoa ini juga merupakan implementasi program Menteri Agama untuk menanam sejuta pohon matoa.
Sebanyak 150 pohon matoa ditanam di lingkungan Pesantren Kedungwaru bersama para santri. Sebagian bibit pohon juga ditanam di Pesantren Sepuh Zawiyah Dzikir Jama’i Bolorejo, serta lahan wakaf di Boro dan Ketanon.
“Tujuan utama gerakan ini adalah meningkatkan penghijauan dan memberikan edukasi kepada santri tentang pentingnya menjaga alam. Kami mendukung program Pak Menteri Agama karena buah matoa bermanfaat, pohonnya bisa menjadi pelindung lingkungan, bahkan kayunya bisa digunakan untuk membuat lemari santri,” pungkas Abah Imam.
Kepedulian Pesantren Al Azhaar Kedungwaru terhadap lingkungan diharapkan dapat menjaga keseimbangan alam dalam jangka panjang dan mewujudkan bumi yang lebih hijau.