

Gizi MBG, butuh arsitek yang ahli
Oleh: *Imam Mawardi Ridlwan
Pada 2 Desember 2024, Badan Gizi Nasional (BGN) menugaskan Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Pesantren Al Azhaar Kedungwaru Tulungagung, namanya Mbak Sebrina.
Menurutnya di setiap SPPG wajib memiliki satu Ahli Gizi (AG). Di tengah hiruk-pikuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), keputusan ini menjadi titik balik dalam menjaga kualitas, keamanan, dan keberkahan pangan bagi anak-anak Indonesia.
Sebagai pemerhati pendidikan dan dakwah, saya sempat bertanya: mengapa kehadiran AG begitu krusial?
Jawaban saya terima ketika SPPG mulai berjalan. Ternyata ada kasus keracunan. Hal ini sejalan penjelasan Mbak Sebrina, bahwa AG bukan sekadar teknisi dapur, melainkan penjaga amanah gizi. Mereka memastikan bahwa setiap suapan menu MBG bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga menyehatkan dan menyelamatkan.
Kasatpel dan AG: Menghidupkan Nilai di Dapur SPPG
SPPG Kedungwaru Tulungagung mulai beroperasi pada 6 Januari 2025. BGN menempatkan Kasatpel, Mbak Sebrina yang bukan hanya berpendidikan tinggi—S-2 Maritim Unhan—tetapi juga berprinsip bahwa dapur SPPG harus menjadi yang terbaik.
Ia menggandeng AG sebagai mitra strategis, bukan sekadar pelengkap.
Nama AG di SPPG Kedungwaru, Mbak Yeni.
Ia membantu Kasatpel SPPG mengawasi dapur, dan juga mendampingi relawan, menyusun menu berbasis kearifan lokal, dan memberikan edukasi gizi kepada penerima manfaat.
Menu yang ia rancang selalu melalui konsultasi dengan Kasatpel dan diajukan ke BGN untuk disetujui. Setiap hari, laporan pelaksanaan dikirim ke BGN, sebuah praktik transparansi yang patut diteladani.
Dalam satu kasus, ketika ada anak-anak enggan makan nasi MBG, Mbak Sebrina dan Yeni langsung turun tangan. Mereka mengevaluasi pola makan, berdialog dengan guru, dan memberikan solusi yang kontekstual.
Inilah bentuk monitoring dan evaluasi (monev) yang bukan sekadar prosedural, tetapi penuh empati dan tanggung jawab.
Sinergi AG dan Kasatpel: Mitra dalam Amanah
Perlu dipahami bahwa kedudukan AG bukan pengganti Kasatpel, melainkan mitra dalam merancang menu, belanja bahan baku, dan mengoordinasikan relawan.
Dalam situasi darurat seperti insiden keracunan, AG menjadi garda depan yang menjelaskan secara ilmiah dan operasional. Kasatpel wajib merujuk pada analisis AG sebelum memberikan klarifikasi ke publik atau ke BGN.
AG juga bertugas menurunkan prevalensi gizi kurang melalui intervensi yang terukur. Maka, Kasatpel perlu memberi target yang jelas dan mendorong AG untuk aktif di lapangan, bukan hanya di dapur.
Ikhtiar Kolektif: Melindungi Generasi dengan Gizi dan Kasih
Langkah BGN ini bukan sekadar administratif. Ia adalah bentuk ikhtiar kolektif untuk menjaga amanah besar: memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan penuh kasih.
Di balik angka dan SOP, ada niat suci untuk melindungi generasi masa depan dari kelalaian gizi dan bahaya pangan.
Hingga pekan ketiga September 2025, angka penerima MBG yang mengalami keracunan sudah mencapai angka 6000 siswa.
Ini menjadi alarm keras: meski AG sudah hadir, keracunan tetap terjadi. Maka, saatnya Kasatpel melibatkan AG lebih intensif dan semua proses wajib sesuai SOP AG. Walaupun ada kemungkinan sabotase. Semua tim SPPG tetap waspada ada tangan-tangan kurang bertanggung jawab.
Kasatpel SPPG beri pembinaan yang baik ke relawan agar mereka tidak dimanfaatkan orang lain untuk melakukan hal yang kurang bertanggung jawab. Modusnya banyak. Di kesempatan lain, dapat kita bahas kemungkinan modus sabotasi.
Di dapur SPPG juga ada Asisten Lapangan (Aslap), ia merupakan relawan yang memiliki kecakapan dan ilmu penjamah makanan.
Ia berada dalam koordinasi Kasatpel, namun tetap harus berkoordinasi dengan AG. Tidak boleh berjalan sendiri. Aslap di SPPG Kedungwaru, namanya Mbak Pebri. Ia selalu berkonsultasi dengan Kasatpel dan AG. Hubungan yang baik dan sinkronisasi yang tertata adalah cara menghindari insiden keracunan. Dan meminimkan sabotase.
AG: Nyawa di Dapur SPPG
Sejak saya mendampingi dapur SPPG Kedungwaru Tulungagung Jawa Timur, saya menyaksikan bahwa di balik setiap piring bergizi yang sampai ke tangan anak-anak Indonesia, ada sosok yang bekerja dalam diam namun penuh makna, yaitu Ahli Gizi.
Ia adalah penjaga ruh, penentu arah, dan pemikul amanah. Ia adalah nyawa di dapur SPPG.
Menyulam Data Menjadi Hidangan Bermakna
AG bukan hanya merancang menu. Ia membaca data stunting, menafsirkan kebutuhan gizi penerima manfaat, lalu menerjemahkannya menjadi strategi pangan yang kontekstual.
Menurut saya, AG adalah:
– Arsitek gizi penerima manfaat: Menyusun menu berdasarkan AKG dan potensi bahan baku lokal.
– Navigator intervensi: Menentukan titik-titik rawan gizi dan menyusun strategi penanganan berbasis evidence.
– Penyambung lidah komunitas: Menyelaraskan kebutuhan masyarakat dengan kebijakan pusat.
AG adalah pemikir strategis yang menjembatani idealisme dan realitas lapangan.
Menjaga Amanah, Menegakkan Khidmat
Tugas AG bukan hanya teknis, tapi juga moral. Ia bertanggung jawab atas:
– Keamanan dan kelayakan pangan: Memastikan bahan bebas dari risiko kontaminasi.
– Kelayakan menu: Menyusun menu yang bergizi dan diterima anak-anak.
– Monitoring dan evaluasi: Menilai dampak intervensi gizi dan memberi rekomendasi.
AG bekerja dari belakang layar, namun dampaknya terasa hingga ke meja makan anak-anak dan ke dalam hati para pelaksana program.
Ruh Pelayanan dalam Ekosistem SPPG
Dalam ekosistem SPPG, AG bukan sekadar profesi. Ia adalah ruh yang menghidupkan dapur, menyalakan semangat pelayanan, dan menjaga agar setiap suapan menjadi jalan menuju masa depan yang lebih sehat dan bermartabat.
Kasatpel SPPG wajib menjadi pengayom agar relawan dan AG dapat optimal dalam menjalankan tugas masing-masing. Beri mereka senyum dan jempol agar tidak terjadi human error.
Semoga setiap AG yang ditugaskan di SPPG mampu menjalankan peran ini dengan teliti, khidmat, dan penuh rasa syukur. Karena di tangan merekalah, kualitas hidup anak bangsa dipertaruhkan.
Dan di balik setiap piring nasi MBG, ada doa, ilmu, dan cinta yang tak terlihat—namun sangat menentukan masa depan negeri ini.
Dan ahli gizi wajib memohon petunjuk pada Kasatpel SPPG.
*Dewan Pembina Yayasan Bhakti Relawan Advokat Pejuang Islam
Jangan Tampilkan Lagi
Ya, Saya Mau !