
Oleh: Mawardi Abu Thoriq
LAMONGAN, HARIAN- NEWS com – Saat itu, di Pesantren Krapyak Mayong, Sidomlangean, Kedungpring, Lamongan, waktu telah menunjukkan tengah malam. Suasana semakin sepi ketika sistem suara dimatikan usai pengajian rutinan Selapan Malam Sabtu Wage (Jumat, 11/4/2025) berakhir.
Sementara itu, Habib Ubaidillah Al Habsyi—Khodim Majlis Al Muwasholah Jawa Timur—bersama KH. Shihabuddin Luthfy, KH. Tajuddin, serta ashab alumni PPRQ Tlogoanyar (K. Imam Hambali, H. Ali Ahsin, H. Sun’an, H. Sutrisno, Kades Saekan, dan Dokter Yusuf) berbincang santai di ruang kantor pondok. Sedangkan penulis menemani beberapa jamaah yang berpamitan pulang.
“Abah, ada kepala SMA swasta yang ingin bersilaturahim,” kata Kang Suyuti memberitahuku.
“Silakan setelah ramah tamah. Mohon beliau berkenan bergabung dalam ramah tamah,” jawabku.
“Mohon saran, bagaimana cara mengembalikan murid Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta?” tanya kepala sekolah tersebut kepadaku.
“Mengapa?”
“SMA swasta hampir kehilangan murid,” tanyaku untuk memperjelas masalahnya.
“Bolehkah saya bercerita?” pintanya.
“Monggo, silakan!” jawabku.
Tanpa beban, kepala SMA swasta tersebut, yang tidak perlu kami sebutkan nama maupun sekolahnya, mulai bercerita. Ia menjelaskan bahwa jumlah murid saat ini di kelas satu, dua, dan tiga hanya tinggal dua puluh anak saja. Dari jumlah itu, yang aktif hanya sekitar 50%.
Semakin larut malam, ceritanya semakin detail hingga larut. Saat bercerita, sesekali Dokter Yusuf yang menemaniku dengan setia mengajukan pertanyaan. Kami bersyukur mendapatkan kisah yang lengkap dari kepala SMA swasta tersebut.
Penulis pun akhirnya mendapatkan gambaran terkait keadaan SMA swasta.
Malam itu, kami mulai mengelompokkan masalah yang ada. Namun, hanya mampu mendoakan, “Mudah-mudahan pertolongan Gusti Allah Ta’ala segera turun, dan kepala SMA swasta bersama timnya mampu berikhtiar.”
Kisah berharga dua hari sebelumnya (11/4/2025) dari kepala sekolah SMA swasta di Pesantren Krapyak Mayong menjadi pelajaran penting bagi penulis. Penulis berupaya menyampaikan keadaan yang sangat mendesak untuk diambil langkah bersama.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih. Semoga Gusti Allah Ta’ala menguatkan semangat kepala SMA swasta tersebut.
Pengalaman yang dimiliki kepala SMA swasta dalam mengelola sekolah yang kekurangan murid memberikan pembelajaran bagi pengelola sekolah swasta lainnya.
Berikut bahan diskusi yang dapat kita sharing:
1. KREATIF dalam pengelolaan sekolah
Mengelola sekolah swasta harus dilakukan oleh badan/pengurus/yayasan yang KREATIF, yang terdiri dari:
– K = Komunikasi dan kolaborasi kompetensi potensi yayasan, guru, serta keuangan yang sehat.
– R = Rajin dan respons aktif yayasan serta kebersihan lingkungan sekolah.
– E = Empati dari guru dan yayasan.
– A= Aktif dalam semua proses, termasuk perencanaan dan eksekusi (actuating).
– T = Terampil dalam usaha mendapatkan murid.
– I= Inovatif dalam pengelolaan yayasan dan pembelajaran, termasuk inisiasi tenaga muda sebagai guru.
– F= Fokus pada penerimaan murid baru dan penambahan murid kelas dua dan tiga untuk tahun ajaran 2025/2026 dan tahun-tahun berikutnya.
2. Tantangan yang beragam
Mengelola sekolah swasta berarti menghadapi berbagai tantangan dari waktu ke waktu. Dibutuhkan sinergi untuk menyusun solusi.
3. Istiqamah dan dedikasi
Pengelola sekolah harus memiliki sikap istiqamah dalam menjalankan strategi yang kreatif serta berdedikasi tinggi.
4. Amanah dan kejujuran
Pengelolaan sekolah swasta harus dilakukan dengan amanah, kejujuran, semangat yang tinggi, dan kepedulian dari semua pihak.
Penulis menganalisis penyebab permasalahan dan menawarkan beberapa solusi:
a. Suasana positif untuk murid
Murid membutuhkan suasana sekolah yang positif dengan menyingkirkan hawa negatif. Suasana positif dapat dimulai dengan penataan kembali lingkungan sekolah, baik fisik maupun nonfisik, yang dapat didiskusikan lebih mendalam dalam forum musyawarah yayasan dan guru.
b. Introspeksi diri pengelola sekolah**
Pengelola sekolah perlu bercermin dan bertanya: Apakah saya peduli pada sekolah ini? Kesalahan apa yang telah saya perbuat? Apakah saya masih memiliki semangat untuk membangun kembali sekolah ini? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjadi solusi.
c. Kesepakatan bersama
Adakah kemauan untuk mengambil kesepakatan bersama antara pembina yayasan, pengawas, pengurus yayasan, dan manajemen sekolah?
d. Langkah-langkah kepala SMA swasta (5K)
1. Koordinasi dan komunikasi efektif.
2. Kolektif, kebersamaan, dan kolaborasi.
3. Keuangan yang sehat, partisipasi perjuangan, terutama dalam infaq dan jariyah.
4. Kunjungan komunitas untuk mempererat kerjasama dan hubungan keluarga.
5. Kepemimpinan yang efektif di lembaga dan sekolah.