160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
banner hut ri

Mengalirnya Dakwah NU Bojonegoro: Menelusuri Jejak Sutra Perdagangan di Padangan

BOJONEGORO, HARIAN-NEWS.com – Mengalirnya dakwah NU (Nahdlatul Ulama) di Kabupaten Bojonegoro hingga kini, tidak bisa dilepaskan dari Desa/Kecamatan Padangan.

Awalnya, Padangan saat itu jalur sutra perdagangan, menjadi tempat persinggahan sejenak KH Wahab Hasbullah (pendiri NU) berangkat dari Jombang menuju kediaman KH Asnawi di Kudus, Jawa Tengah.

Sebelum berdirinya NU pada 1926, KH Wahab Hasbullah rutin mengunjungi kota di jalur Babat, Cepu, Blora, Pati, hingga Padangan.

‘’Tujuannya menyebarkan Islam secara ahlussunnah wal jama’ah (aswaja) belum banyak diterima oleh pondok pesantren saat itu,’’ kata Wahyu Rizkiawan penulis buku Lahirnya NU di Bojonegoro dan Hikayat Padangan saat mengisi acara di Kota Cahaya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Di Padangan, KH. Wahab Hasbullah bertemu dengan KH. Usman sahabatnya dan menantu dari pengasuh Ponpes Padangan yaitu KH. Hasyim Jala’an. Jerih payah KH. Wahab Hasbullah tidak sia-sia, melalui kebesaran nama KH. Hasyim Jala’an, paham NU akhirnya menyatu. Dan tonggak diteruskan KH Hasyim pengarang kitab sorof ternama asal Padangan.

Kebesaran Hasyim Jala’an sendiri masih bisa dibuktikan dengan berdirinya Masjid Mujahidin di Dusun Jala’an Desa Padangan. Di masjid tersebut terdapat bukti sejarah gapura terdapat tulisan 1908.

Dimulai tahun tersebut KH Hasyim Jala’an memulai periode dakwah di Padangan. Menjadi embrio santri-santri NU tidak hanya datang dari Bojonegoro, tapi juga Jawa Tengah hingga luar pulau mempelajari ilmu sorof atau tashrif.

‘’NU Bojonegoro secara resmi berdiri pada 1953, merupakan perpanjangan dari NU di Padangan lahir pada 1938,” tutur Hoery salah satu sejarawan asal Padangan.

750 x 100 AD PLACEMENT

Menurut Hoery, mulai bertemunya NU Padangan dan Bojonegoro ketika anak asuh KH. Hasyim Jalakan yaitu KH. Bisri Mbaru, KH. Marwan, dan KH. Masykuri mulai menyebar hingga ke Bojonegoro.

Bahkan terjadi perkawinan antara putra KH Hasyim yaitu Soleh Hasyim dengan putri Kiai Yahya Kauman pada 1940. Hingga 13 tahun kemudian, berdirilah organiasi NU di Bojonegoro pada 1953.
(AZ)

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !