Kita Alumni Pesantren Bukan Alumni Santri

Oleh : Mawardi Abu Thoriq

SURABAYA, HARIAN- NEWS.com – Perjalanan hidup para generasi yang sudah usia abu Khomsin hingga abu sittin adalah mengoptimalkan potensi dan anugerah dari Gusti Alloh Ta’ala pada kita. Salah satunya adalah sering bershilaturrahim. Ahad, 20 April 2025 para pengurus IKA Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an (PPRQ) Tlogoanyar Lamongan berkenan shilaturrahim di gubuk kami. Sebanyak lima kyai, dan bu nyai bergurau sebagaimana saat menjadi santri. Para alumni pesantren saat bertemu tidak lagi membahas ilmu dan hikmah tetapi hanya membahas keberkahan hidup saja.

Mereka mendapatkan keberkahan pesantren, karena pengasuh pesantren selalu memberi curahan do’a hingga kapanpun dan di manapun santri berada. Para generasi abu khomsin yaitu 50 tahun ke atas atau abu sittin, yaitu generasi 60 tahun ke atas mendapatkan hikmah bahwa pesantren bukan hanya tempat untuk menimba ilmu, tetapi juga wadah penuh keberkahan.

Karena itu kita boleh saja jadi alumni pesantren tetapi tidak boleh jadi alumni santri. Walau saat ini sudah menjadi pejabat atau tokoh masyarakat, kita tetap santri. Pemahaman seperti ini pernah ditegaskan oleh Abuya Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani kepada Abi KH. M. Ihya Ulumiddin saat di negara jiran, Malaysia.

Para alumni yang tetap sebagai santri akan menguatkan tali perjuangan melalui ikatan keluarga alumni (IKA) pesantren. Melibatkan diri dalam IKA pesantren sebagai cerminan hubungan ruhaniyah dan intelektual para alumni pesantren.

IKA pesantren bukan hanya untuk menyandarkan diri pada kenangan masa lalu, tetapi pada komitmen bersama dalam menyebarkan amanah para masyayich.

Penulis sangat bersyukur menjadi bagian alumni Pesantren Roudlotul Qur’an Tlogoanyar Lamongan yang selalu kompak berkhidmad. Semuanya memiliki tanggung jawab yang luhur dalam membangun wadah IKA agar mampu berperan aktif untuk PPRQ. Dengan demikian salah satu fungsi IKA pesantren adalah untuk saling menguatkan dakwah, karir dan kegiatan sosial kemasyarakatan. .

Para alumni pesantren selalu bersahabat saklawase karena mereka memahami ayat 10 Surat Al-Hujurat:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُواْ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat

Persahabatan yang terikat ikatan ilmu akan lebih langgeng. Para alumni pesantren selalu membawa riwayat dari Imam Muslim:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه

Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri

Saat penulis memohon izin pada Pengasuh PPRQ, (alm) Romo Yai Aminuddin Ridlo untuk melanjutkan studi di IKIP Surabaya, murobbi memberi amanah untuk tetap mengajar dan belajar. Minimal mengajar kitab hadits Arbain atau riyadussholihin. Untuk memilih sholat shubuh yang ada qunutnya tidak boleh memilih masjid yang tidak ada qunutnya. Melanjutkan semua tirakat yang telah dijalani di pesantren.

Para alumni pesantren selalu mendapatkan amanah dari masyayichnya masing-masing. Kadar berat atau ringan amanah sesuai hasil istikhoroh para masyayich. Maka tugas para alumni adalah senantiasa merawatnya. Para alumni pesantren tetaplah santri karena tetap memiliki tanggung sebagai duta ilmu.

Saat kita punya pandangan bahwa kita bukan alumni santri, maka bagi kita pondok pesantren merupakan rumah kedua dalam perjalanan menuntut ilmu. Selepas dari pesantren kita akan tetap menjadi santri yang menutut ilmu, menjaga adab, dan menyebarkan nilai-nilai Islam. Maazilta tholiban, saya adalah santri saklawase.

Penulis : Alumni PPRQ Tlogoanyar Lamongan angkatan 1985 dan saat ini aktif sebagai Pengurus Lembaga Dakwah PWNU Jawa Timur