160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
banner hut ri

Jika Tulungagung Ingin Selamat dari Covid-19, Ayo Cegah Secara Holistik

 

Jika Tulungagung Ingin Selamat dari Covid-19, Ayo Cegah Secara Holistik

PenulisMuhammad Irfan Masruri*

750 x 100 AD PLACEMENT

Dalam melawan Covid-19 , Tulungagung harus berbenah. jika tidak, maka ledakan jumlah korban akan kian terus meningkat. Melihat dari grafik penderitanya setiap hari, sebenarnya tidak terlalu tinggi, cenderung lebih landai jika dibandingkan kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya ataupun kota besar lainnya.

Namun jika dibandingkan dengan kota-kota tetangga, angka positif Covid-19 di Tulungagung tergolong tinggi. Hal ini disebabkan adanya kejutan besar yang menimpa Tulungagung, bahwasanya segelintir orang yang sudah positif terjangkit, tetapi masih melakukan aktifitas berkerumun, dan tidak patuh dengan anjuran pemerintah yang mengharuskan social distancing ataupun physical distancing.

Contohnya kasus di Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol, satu orang positif covid-19 yang tidak diketahui, mengikuti aktifitas yasinan dan tahlilan bersama jamaah di lingkunya, karena orang tuanya meninggal. Jika dilihat dengan kacamata keadaan normal, kegiatan tersebut sah-sah saja, bahkan tergolong wajib untuk dilakukan. Tetapi jika dilihat dari kacamata keadaan sekarang yang sedang terjadi wabah, kegiatan semacam itu justru harus dihindari. Sebab risiko penularannya sangat tinggi.

Hal tersebut terbukti ketika satu orang yang mengikuti yasinan dan tahlilan itu dinyatakan

750 x 100 AD PLACEMENT

Muhammad Irfan Masruri, Mahasiswa IAIN Tulungagung, Jawa Timurpositif Covid-19, lalu pihak satgas melakukan trafficking, hasilnya satu kampung diisolasi akibat hasil rapid test massal di desa tersebut terdapat 12 orang yang positif (reaktif).

Mungkin jika satgas mau melakukan rapid tes masal keseluruh warga Tulungagung, hasilnya juga akan semakin bertambah banyak lagi. Dari kelalaian dan kurang sadarnya masyarakat inilah, bukan tidak mungkin korban di Tulungagung akan meledak secara signifikan.

Tidak hanya Desa Jabalsari, hal lain juga terjadi di pabrik rokok (PR) Mustika yang bertempat di Desa Gesikan, Kecamatan Pakel, baru baru ini diketahui karyawannya ada 17 orang (reaktif) yang positif Covid-19, penyebabnya juga hampir sama dengan Desa Jabalsari. Namun disisi lain dari kasus ini adalah pihak perusahaan yang lalai atau cenderung meremehkan  anjuran pemerintah, untuk sementara waktu bekerja dari rumah atau work from home. Jika tidak bisa, setidaknya perusahaan tersebut melakukan aktifitas kerja dengan protokoler kesehatan. Seperti, mencuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak minimal satu meter. Kalau itu dilakukan potensi tertular akan sangat minim.

Adapun kalo di crosscek lebih mendalam, aktivitas berkerumun itu bukan tanpa alesan, melainkan karena kurang sadarnya masyarakat ataupun karena tuntutan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh setiap individu tersebut. Lebih bahayanya lagi, masih banyak yang ber-mindset sering menganggap dirinya tidak mungkin terinfeksi karena badan sehat, daya imun kuat, usia masih muda dan lain sebagainya. Inilah yang menjadi penyebab utama kurang sadarnya masyarakat dan cenderung meremehkan.

750 x 100 AD PLACEMENT

Oleh karena itu kesadaran komunal sangatlah penting untuk melawan pandemi ini. Jika Tulungagung ingin selamat dan pandemi cepat berakhir, mari melakukannya secara holistik. Baik pemerintah, aparat penegak hukum, masyarakat biasa dan lain sebagainnya, untuk saling mengingatkan satu sama lain.

Pertama dari pihak pemerintah harus benar-benar memberi kebijakan yang efektif, seperti menyiapkan sarana prasarana kesehatan yang layak, melakukan penanganan dengat cepat dan juga harus memberikan bantuan tepat sasaran kepada warga yang membutuhkan.

Kedua aparat penegak hukum harus lakukan pengawasan setiap hari. Tidak hanya melakukan patroli keliling terbuka saja, melainkan juga harus melakukan kontroling secara diam-diam dan rahasia. Terutama di kawasan kawasan yang rawan digunakan berkumpul orang banyak. seperti, tempat-tempat industri yang memiliki banyak karyawan, masjid-masjid dan tempat ibadah lainnya tidak dengan protokol kesehatan, pasar dan lain-lain. Karena disitulah potensi tertular sangat tinggi. Lalu memberi sanksi tegas kepada elemen yang tidak patuh pada aturan melawan pandemi ini.

Dan untuk warga jangan lakukan dulu acara-acara atau kegiatan yang mengundang orang banyak, seperti yasinan berjamaah, resepsi pernikahan, konser musik, dan lain sebagainya.

Namun disisi lain jangan juga menghalangi aktivitas ekonomi secara sepihak. Contohnya, seperti menutup jalan pada daerah yang belum dinyatakan karantina wilayah oleh gugus tugas Covid-19. Sebab kegiatan ekonomi seperti orang jualan akan sangat terganggu dengan ditutupnya akses jalan tersebut.

Ada beberapa pedagang makanan yang penulis investigasi, mereka sangat mengeluh sebab orang tidak bisa masuk kelokasi jualanya karena akses jalan yang ditutup. Terutama pada waktu jam sahur. Jika penutupan jalan dengan alasan menghindari maling atau pencuri, sebaiknya tidak harus menutup jalan, cukup berjaga dengan ronda malam. Namun, jika menutup jalan dengan alasan pandemi ini, orang yang lewat dijalan tidak akan menularkan virus selagi tetap physical distancing.

Karena bagaimanapun ekonomi juga penting untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, selain kesadaran holistik, juga dibutuhkan kecermatan dan kecerdasan dalam menghadapi Covid-19 ini, agar semuanya tetap sehat, dan ekonomi tetap berjalan.

*Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum IAIN Tulungagung, Jawa Timur

 

 

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !