

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Di tengah meningkatnya sikap skeptis generasi muda terhadap partai politik, DPD Partai Golkar Kabupaten Tulungagung memilih menempuh jalur reflektif dan adaptif. Lewat pendekatan yang lebih substantif, Golkar berupaya memulihkan kepercayaan publik muda dengan memberi ruang nyata bagi generasi milenial dan Gen Z dalam struktur serta proses pengambilan keputusan partai.
Ketua DPD Partai Golkar Tulungagung, Jairi Irawan, menegaskan bahwa regenerasi di tubuh partai bukan sekadar simbolik. Lebih dari separuh kepengurusan Golkar Tulungagung kini diisi kader berusia di bawah 40 tahun, yang dilibatkan aktif dalam perumusan ide dan program.
“Sekitar 52 persen pengurus kami berasal dari generasi milenial dan Gen Z. Mereka bukan pelengkap struktur. Justru banyak gagasan kegiatan lahir dari mereka, sementara partai memposisikan diri sebagai fasilitator,” ujar Jairi dalam wawancara eksklusif bersama Harian News, Sabtu (20/12/2025), di Kantor DPD Golkar Tulungagung.
Ia menyebut sejumlah kegiatan yang digagas anak muda, mulai dari pelatihan make up, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), hingga pengembangan TikTok Affiliate. Program-program tersebut dinilai relevan dengan realitas sosial dan ekonomi generasi muda saat ini.

Namun demikian, Jairi tak menutup mata bahwa tantangan terbesar partai politik hari ini adalah krisis kepercayaan, terutama di kalangan Gen Z yang melek informasi dan memiliki perspektif global.
“Gen Z melihat praktik politik secara luas. Kalau partai bersikap berjarak dan elitis, prasangka negatif akan terus tumbuh,” katanya.
Alih-alih berorientasi pada kepentingan elektoral jangka pendek, Golkar Tulungagung memilih pendekatan jangka panjang dengan membangun relasi berkelanjutan bersama Gen Z. Menurut Jairi, partai politik tak boleh hadir hanya menjelang pemilu.
“Partai bukan mesin pencari suara lima tahunan. Lima tahun ke depan, kami ingin mendampingi mereka, membangun kepercayaan, dan menciptakan ruang yang nyaman,” tegasnya.
Menjawab keraguan publik yang menilai pendekatan ini sebagai investasi politik terselubung, Jairi menepis anggapan tersebut. Ia menegaskan bahwa agenda saat ini bukan mengejar suara, melainkan memulihkan kepercayaan.
“Pemilu masih jauh. Fokus kami sekarang membangun rasa percaya. Soal pilihan politik, biarkan waktu yang menjawab,” ujar putra asli Tulungagung ini.
Jairi juga menekankan bahwa partai politik tak lagi bisa bertahan dengan pola lama. Dengan Gen Z yang mencakup hampir 27 persen populasi, partai yang enggan berbenah berisiko ditinggalkan.
“Jika partai tetap kaku dan konservatif, publik muda akan pergi. Partai harus kembali menjadi ruang yang relevan, terbuka, dan setara,” tandasnya.
Upaya Golkar Tulungagung menggandeng Gen Z kini menjadi ujian konsistensi. Apakah pelibatan ide dan gagasan akan berujung pada perubahan nyata di internal partai, atau berhenti sebatas narasi regenerasi, waktu yang akan membuktikan.
Jurnalis: Pandhu
Editor: Arief Gringsing
Jangan Tampilkan Lagi
Ya, Saya Mau !