
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Di tepian trotoar sisi jalan di timur Alun-Alun Kabupaten Tulungagung, tampak seorang pria tua dengan kaos merah dan kopyah hitam. Ia adalah Bagong, penjual es legen, yang telah setia melayani pelanggan selama lebih dari 30 tahun.
Sosok Bagong, 64 tahun, beralamat di Kelurahan Kenayan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur tidak sekadar menjadi penjual minuman segar, tetapi simbol keuletan dan dedikasi.
Bapak dua anak ini memulai perjalanan panjangnya sebagai penjual es legen sejak era Bupati Jaefudin Said hingga kini. “Dulu jualannya di depan Gedung DPRD, mas. Terus tahun 2007 pindah di sini, era Bupatinya Heru Tjahjono,” ujar Bagong.
Setiap hari, ia berangkat pukul 09.00 pagi dan pulang sekitar jam 15.00 sore, mengais rezeki untuk keluarganya.
Dengan membawa 50 liter legen setiap harinya, Bagong menjual segelas legen seharga Rp 2.500. Dalam musim panas, legen yang diperolehnya dari Blitar bisa terjual habis, menghasilkan pendapatan 100 – 120 ribu rupiah per hari.
“Kalau musim penghujan, kadang hanya dapat 40 – 50 ribu, mas,” tambahnya dengan senyum tabah.
Pria berkumis yang hobi mancing ini tak hanya jualan es legen, tetapi juga berjualan durian saat musimnya tiba di Pasar Ngemplak. Baginya, yang terpenting adalah terus mencari nafkah untuk keluarga. “Yang penting dapat hasil, mas,” ucapnya penuh semangat.
Tak hanya warga lokal yang mengenal Bagong, tapi juga pelanggan setia seperti Doni Docken, 35 tahun. “Kalau pas lewat atau pergi ke kota, pasti mampir untuk menikmati es legen Pak Bagong,” kata Doni yang berdomisili di Desa Srikaton, Kecamatan Ngantru.
Kisah Bagong adalah potret kegigihan dan dedikasi seorang pria yang terus berusaha meski usia senja. Setiap gelas legen yang dijualnya bukan hanya sekedar minuman penyegar dahaga, tetapi juga simbol perjuangan hidup.
Bagong telah melegenda, bukan hanya karena legen yang dijualnya, tetapi juga karena teladan ketekunan dan semangat yang ditunjukkannya setiap hari.