
Dr. Yepi Sedya Purwananti
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Profesi dosen kerap dipersepsikan penuh tekanan, mulai urusan administrasi hingga tuntutan publikasi. Namun, bagi Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora Universitas Bhinneka PGRI Tulungagung, Dr. Yepi Sedya Purwananti, M.Pd., di balik rutinitas birokratis justru tersimpan keseruan yang membuat profesi ini layak dijalani dengan kebanggaan.
“Ketika seseorang sudah memiliki jiwa sebagai pengajar, maka mengajar maupun administrasi tidak lagi dianggap beban.
Justru sebaliknya, semuanya dijalani dengan kesadaran dan kesenangan,” ujarnya saat ditemui Harian-News, Kamis (25/9/2025).
Yepi menegaskan, Tridharma perguruan tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—bukanlah sekadar tumpukan kewajiban, melainkan pilar yang saling melengkapi. “Kalau ada dosen yang menomorduakan pengajaran demi publikasi, berarti mindset-nya perlu diperbaiki. Pada dasarnya, tugas utama dosen adalah mendidik,” tegasnya.
Menurutnya, identitas seorang dosen membawa nilai prestise tersendiri. Profesi ini tidak bisa disamakan dengan rutinitas monoton, sebab interaksi lintas generasi dengan mahasiswa justru menjadi sumber energi. “Bagi saya, mengajar tetap menyenangkan. Ada proses, dinamika, dan pengalaman yang membuat kelas hidup,” katanya.
Tantangan era digital pun dipandang sebagai peluang. Yepi percaya dosen kreatif mampu mengintegrasikan teknologi agar pembelajaran lebih menarik. Namun, ia menyadari setiap mahasiswa hadir dengan karakter berbeda. Karena itu, ia membiasakan membuat kontrak perkuliahan bersama agar tercipta komitmen sejak awal.
Lebih jauh, Yepi menilai profesi dosen memberikan pengalaman yang tidak bisa diukur dengan materi. Ia bahkan pernah menuliskan artikel berjudul Born to be Teacher sebagai refleksi atas keyakinannya.
“Mengajar itu bukan hanya pekerjaan, melainkan kepuasan batin. Setiap hari saya belajar dari karakter mahasiswa yang berbeda, memahami sisi psikologis mereka, dan itu sangat menyenangkan,” tuturnya.
Baginya, menjadi dosen bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. “Kita tidak hanya membagikan ilmu, tapi juga membentuk karakter serta memberi manfaat bagi masyarakat. Itulah letak keseruan sejati seorang dosen,” pungkasnya.
Jurnalis: Pandhu
Editor Tanu Metir