


TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Dalam gemuruh perayaan Hari Jadi Kabupaten Tulungagung ke-820 yang berpadu dengan semangat Hari Guru Nasional 2025, para pendidik di Kecamatan Kauman tampil sebagai penjaga denyut budaya.
Bukan sekadar hadir dalam seremoni, mereka turun ke jalan, menyatu dengan hiruk-pikuk Napak Tilas Boyongan Kadipaten Ngrowo—sebuah perjalanan budaya yang sejak lama menjadi penanda identitas Bumi Gayatri.
Sejak matahari menanjak, sebanyak 70 pendidik dari K3S dan UPASP Kauman sudah bersiap di kantor UPASP Kecamatan Kauman. Tepat pukul 07.00 WIB, langkah mereka dimulai, menempuh jalur resmi yang ditetapkan Dinas Perhubungan. Setiap ruas jalan yang dilalui seolah berubah menjadi panggung sejarah, mengantar para peserta menuju Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, titik akhir napak tilas yang sarat makna.
Namun bukan barisan itu saja yang menyita perhatian.
Busana bernuansa boyongan kadipaten, lengkap dengan ragam kreasi adat yang mereka kenakan, menjadi narasi visual yang kuat. Ratusan warga memadati rute, seakan ingin menyerap kembali cerita masa lalu yang dihidupkan oleh para guru. Pada kain yang berkibar, pada ikat kepala yang terikat rapi, pada langkah yang teratur—terpatri pesan bahwa pendidikan bukan hanya ruang kelas, tetapi juga jembatan antara generasi dan warisan budaya.
Ketua K3S Kecamatan Kauman, Didit, menegaskan bahwa keikutsertaan ini lahir dari kesadaran kolektif.
“Ini momentum memperkuat kebersamaan antar satuan pendidikan sekaligus meneguhkan kecintaan terhadap sejarah daerah,” ujarnya.
Ia menambahkan, guru harus tetap hadir dalam denyut sosial masyarakat, menjadi pengingat bahwa sejarah hidup bukan hanya ditulis, tetapi dijaga.
Dengan mengusung tema “Tulungagung Bersatu, Satukan Langkah untuk Tulungagung Maju,” napak tilas tahun ini memancarkan energi kebersamaan yang hangat. Tradisi tak lagi menjadi ritual tahunan semata, tetapi berubah menjadi ruang perjumpaan—antara masa lalu dan masa kini, antara guru dan masyarakat.
Dengan menuntaskan seluruh rangkaian kegiatan hingga garis akhir, K3S dan UPASP Kauman kembali menegaskan perannya: guru bukan hanya pengajar, tetapi penjaga kesinambungan sejarah, perawat budaya, dan suluh yang menerangi perjalanan panjang Tulungagung.
Jurnalis: Pandhu
Editor Arief Gringsing
Jangan Tampilkan Lagi
Ya, Saya Mau !