
OPINI
OLEH ARIEF EP GRINGSING
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Perjalanan panjang Indonesia menuju kemerdekaan, yang dimulai pada tahun 1908, kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Momen-momen bersejarah yang melibatkan tokoh-tokoh Nusantara ini mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah milik semua lapisan masyarakat, bukan hanya segelintir keluarga.
Sebagai generasi penerus, kita wajib memahami sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Demokrasi dan tata kelola yang baik menjadi harapan kita agar pemerintahan tetap berpijak pada tujuan kemerdekaan: mensejahterakan rakyat secara adil.
Dalam diskusi tentang peran masyarakat di Kelurahan Tertek, Tulungagung, yang diadakan oleh Paguyuban Guyub Rukun Nusantara, para cendekiawan, dosen, aktivis mahasiswa, dan tokoh masyarakat menekankan pentingnya transparansi anggaran, kesempatan kerja yang adil, pemberdayaan masyarakat, dan penegakan hukum yang berkeadilan.
“Kita harus memulai dari diri sendiri untuk menjadi contoh bagi generasi mendatang. Meneladani Rasulullah SAW, kita harus memulai perubahan dari diri sendiri, kemudian keluarga, dan masyarakat luas,” ujar Dokter Khoirul Anam dalam pandangannya.
Di era digital, generasi saat ini harus memahami norma hukum dan melestarikan adat istiadat. Pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-116, kita diingatkan akan semangat persatuan yang dipelopori oleh Budi Utomo pada 1908. Tema “Bangkit untuk Indonesia Emas” mengajak kita berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
UU Keterbukaan Informasi Publik dan UU ITE menjadi landasan bagi partisipasi publik yang lebih luas dan interaksi digital yang aman. Filosofi Jawa “menang tanpo ngasorake” mengajarkan kita untuk berkompetisi tanpa merugikan orang lain.
Mari kita berperan serta dalam pembangunan bangsa dengan menghormati hukum dan nilai-nilai budaya. Bersama, kita dapat mencapai Indonesia Emas yang berdaulat, mandiri, dan berkeadilan sosial.