![DPD IMO Magetan Rayakan HPN 2025, Bagikan Ratusan Nasi Bungkus](https://harian-news.com/wp-content/uploads/2025/02/Screenshot_2025-02-10-10-16-00-88_6012fa4d4ddec268fc5c7112cbb265e7.jpg)
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Bukit Lemparan, yang terletak di Glodogan, Pucung Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, kini menjadi salah satu destinasi wisata alam berupa Padang Sabana (rumput) yang menarik perhatian wisatawan.
Keindahan alamnya yang masih
asri serta pemandangan kota dari ketinggian menjadikannya daya tarik utama bagi para pengunjung.
Asal-usul Nama Bukit Lemparan
Menurut Rahmat, salah satu warga yang turut mengelola kawasan ini, nama “Lemparan” berasal dari kata “hamparan” yang menggambarkan tanah luas yang dulu digunakan masyarakat untuk mencari rumput.
“Dulu, tempat ini menjadi pusat pencarian rumput bagi warga sekitar. Oleh karena itu, disebut Lemparan, yang berarti hamparan tanah luas,”ujarnya.
Dikelola oleh Masyarakat
Bukit Lemparan mulai dibuka untuk pengunjung pada pergantian tahun. Pengelolaannya dilakukan secara mandiri oleh petani hutan dan masyarakat sekitar.
Dana yang diperoleh, terutama dari parkir kendaraan, digunakan untuk memperbaiki akses jalan menuju bukit.
“Hasil dari wisata ini digunakan untuk membangun fasilitas jalan karena banyak petani hutan yang bergantung pada jalur ini,” kata Rahmat.
Daya Tarik Utama: Pemandangan Kota dan Hamparan Padang Rumput
Keindahan Bukit Lemparan menjadi salah satu alasan wisatawan ramai berkunjung. Dari puncaknya, pengunjung bisa menikmati panorama Kota Tulungagung serta Gunung Budheg yang terlihat jelas.
Selain itu, padang rumput yang luas menjadi latar belakang alami yang
Instagramable.
Sejarah dan Legenda Bukit Lemparan
Bukit ini memiliki keterkaitan dengan sejarah Gunung Budheg. Di kawasan bawah bukit, terdapat makam Tumenggung Surontani Raden Kertojudo, yang sering dikunjungi peziarah.
Kisah sejarah ini semakin menambah daya tarik wisata bagi mereka yang tertarik dengan budaya dan tradisi lokal.
Kunjungan Ramai di Akhir Pekan dan Hari Libur
Waktu kunjungan paling ramai terjadi pada malam Minggu dan hari libur nasional. Meski belum menerapkan tiket masuk, pengelola hanya menarik biaya parkir sebesar Rp5.000.
Selain itu, tersedia jasa ojek warga setempat bagi yang ingin diantar hingga pos atasbdengan tarif Rp15.000.
Upaya Pelestarian Lingkungan
Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan menjadi prioritas utama pengelola Bukit Lemparan. Menurut Rahmat, keberadaan hutan sangat penting untukbmenjaga sumber mata air yang menjadi kebutuhan utama warga. “Dulu saat kemarau, sumber air kering. Namun, setelah adanya reboisasi, mata air tetap terjaga,” jelasnya.
Rencana Pengembangan ke Depan
Pengelola memiliki harapan besar untuk terus mengembangkan wisata ini, meski harus dilakukan secara bertahap. Fokus utama saat ini adalah perbaikan akses jalan melaluibsistem gotong royong masyarakat.
“Kami bersama warga berusaha sedikit demi sedikit memperbaiki jalan, karena ini yang paling utama,” ujar Rahmat.
Tanggapan Positif dari Warga
Keberadaan Bukit Lemparan sebagai destinasi wisata memberikan dampak positif bagi warga sekitar.
Sebelum adanya wisatawan, petani hutan harus mengumpulkan dana hasil
panen untuk perbaikan jalan. Kini, dengan adanya wisatawan, beban tersebut lebih ringan.
Aturan Ketat bagi Wisatawan
Untuk menjaga kelestarian bukit, wisatawan diwajibkan menjaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan. Aturan yang diterapkan termasuk membawa turun sampah, tidakbmerusak tanaman, serta dianjurkan membawa bibit tanaman untuk ditanam di kawasan bukit sebagai bagian dari pelestarian alam.
Harapan ke Depan
Rahmat berharap wisata ini terus berkembang dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Mudah-mudahan ke depan tetap ramai, dan semuanya berjalan baik. Kami sebagai tuan rumah akan terus berupaya memberikan pelayanan terbaik,” pungkasnya.
Dengan pesona alam yang masih alami dan semangat gotong royong masyarakat, Bukit Lemparan semakin dikenal sebagai destinasi wisata yang patut dikunjungi warga Tulungagung dan wisatawan luar kota.