160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
banner hut ri

Ulama, Cendekia dan Tokoh Masyarakat Gelar Sarasehan Kebangsaan

Ulama, Cendekia dan Tokoh Masyarakat Gelar Sarasehan Kebangsaan
Al Azhaar
Sarasehan Kebangsaan

MALANG, HARIAN-NEWS.com – Dalam upaya memperingati  Kemerdekaan RI ke-78, Pondok Pesantren Annur Satu Al Azhar Bululawang Malang mengumpulkan ulama, kyai, cendekia dan tokoh masyarakat dalam kegiatan  “Sarasehan Kebangsaan” bertempat di halaman Pondok Pesantren Annur Satu Al Azhar Bululawang Malang, Kamis (24/8/2023).

Pengasuh Pondok Pesantren Annur Satu Al Azhar Bululawang, KH. Mashudi Busiri dalam sambutannya,  mengamanahkan para pejuang bangsa untuk menjaga empat pilar bangsa.

“Kami dari pondok pesantren menitipkan agar empat pilar kebangsaan untuk disosialisasikan dan dijaga oleh para Pejuang Merah Putih. Pesantren mendukung untuk perjuangan menjaga kedaulatan bangsa yang besar ini. Semoga kegiatan Sarasehan Kebangsaan dapat menjadi wasilah untuk sinergi bela negara para santri,” tegas Kyai Mashudi.

Saat sebelum mengakhiri sambutan KH. Mashudi Busiri memberi amanah pada DR. KH. Gus Mujab untuk memberi sambutan atas nama para masyayich, ulama, kyai dan cendekia.

750 x 100 AD PLACEMENT

Gus Mujab dalam menjalankan amanah tersebut menyampaikan, santri dalam kebangsaan telah membuktikan telah membela negara. Sarasehan Kebangsaan di pesantren merupakan merefresh kembali untuk kolobarasi makna kebangsaan lebih luas.

Di pesantren diajarkan Figh Wathonah. Figh Wathonah sebagai upaya untuk menegaskan sikap para santri dalam bela negara. Lebih penting adalah di pesantren ada do’a kyai untuk bangsa setiap saat.

“Kita semua tinggal mengamini do’a-do’a para kyai kasepuhan pesantren yang do’anya tiada hijab,” tegas KH. DR. Mujab.

Sarasehan Kebangsaan mendatangkan narasumber Letjend (Purn) TNI H. Agus Sutomo dan Marsda (Purn) TNI H. Bambang Eko.

750 x 100 AD PLACEMENT

Dalam kesempatan Sarasehan Kebangsaan tersebut H. Agus Sutomo monggo memaparkan,  Mewujudkan menjaga negara maka semua harus untuk kesatuan NKRI. Sebelum Indonesia merdeka di Sumatera ada kerajaan besar dan maju yaitu Sriwijaya. Karena konflik internal kerajaan tersebut habis dan punah. Setelah itu disusul oleh Kerajaan Majapahit yang wilayah hingga Vietnam. Tapi juga hancur dan habis. Setelah ada pihak asing datang yang mengaku saudara.

Namun setelah tahu potensi alam Indonesia, mereka seperti siang berbulu domba. Para pejuang disiksa dan dibunuh. Baru setelah itu ada gerakan pemuda untuk berjuang dengan cara mendirikan taman siswa. Tokoh utama Ki Hajar Dewantoro mendidik generasi.

Para generasi yang terdidik bersama dan membuat siasa. Mereka membangun kekuatan untuk persiapan kemerdekaan. Lamanya selama 20 tahun dalam penyiapan kemerdekaan. Setelah ada kekuatan mereka berkumpul di Jakarta untuk bersumpah. Yaitu Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober tahun 1928.

Mereka bersepakat berjuang bersama. Salah satu senjata yang digunakan untuk berjuang adalah bambu runcing. Mereka bersepakat untuk meneriakkan “Allohu Akbar” setiap pergerakkan perjuangan. Semangat membara dengan niat ibadah karena Alloh Ta’ala mereka merebut kemerdekaan.

750 x 100 AD PLACEMENT

Dan perlu dicatat saat itu belum ada tentara. Mereka sepakat merdeka Indonesia adalah pada Jum’at Kliwon, 17 Agustus 1945 dipekikkan kemerdekaan. Sejarah nyata harus disepakati bahwa bersatu itu kekuatan untuk menjaga kedaulatan negara.

Pada tahun 1926 hadir dari pesantren yaitu KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Abdul Halim menyatukan para masyayich, ulama, kyai dan cendekia untuk berjuang. Para tokoh agama tersebut bersama para pemuda untuk berjuang dengan para pemuda untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Bermodal rukun, guyub, dan tentram untuk mencapai kemerdekaan,” tegas Agus Sutomo.

Mayor Jendral (Purn) TNI Ishac Markus sebagai narasumber kedua menegaskan memilih pemimpin itu itu harus yang FAST yaitu bersikap dan memiliki karakter Fathonah, Amanah, Shidiq dan Tabligh. Inilah yang dipilih.

“Rakyat Indonesia wajib memilih pemimpin. Pemimpin yang dipilih harus memikili kriteria. Kriteria tersebut telah ada dalam ajaran agama, yaitu FAST. Pemimpin harus fathonah, amanah, shidiq dan tabligh,”tutur Markus.

 

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !