
Drs. Izul Marom, M.Sc., Sekda Kabupaten Blitar
BLITAR, HARIAN-NEWS.com – Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Peternakan dan Perikanan menggelar pelepasan petugas vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) di Pendopo Ronggo Hadinegoro, Rabu (15/01/2025).
Kegiatan di hadiri oleh Sekda Kab. Blitar Drs. Izul Marom, M.Sc., didampingi Dandim 0808 Blitar , KapolRes Blitar , Kapolsek Kanigoro Blitar Serta OPD Terkait serta petugas vaksin.
Sekda Drs. Izul Marom, M.Sc. menyampaikan dalam sambutannya, Kegiatan Apel Siaga Petugas Penanggulangan PMK kami melibatkan kolaborasi antara pemerintah daerah, petugas teknis (medik dan paramedik veteriner), aparat desa, dan stakeholder terkait.
Melalui program kolaboratif ini, diharapkan pengendalian dan penanggulangan PMK di kabupaten Blitar dapat berjalan lebih optimal, sehingga mendukung sektor peternakan yang lebih tangguh dan berkontribusi pada penguatan ekonomi daerah,” katanya.
Ia menambahkan, kegiatan ini bertujuan memperkuat koordinasi dan konsolidasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit mulut dan kuku (PMK) dan menekankan bahwa pengendalian PMK adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Ia juga mendorong para pemangku kepentingan, termasuk peternak dan kelompok ternak, untuk melaksanakan vaksinasi PMK secara mandiri, mengingat vaksin PMK kini sudah tersedia secara bebas melalui berbagai distributor obat hewan, selain vaksin produksi Pusvetma.
dalam jumlah sebanyak tujuh ribu ekor ternak terkonfirmasi terjangkit, mengakibatkan kerugian bagi para peternak.
Namun dengan dukungan seluruh stakeholder,
“Menghimbau tidak boleh lengah dan serus semangat dalam memberantas wabah PMK Mari kita doakan agar aktivitas petugas vaksin diberikan kelancaran dan Kabupaten Blitar siap menghadapi tahun 2025 dengan semangat dan optimisme yang tinggi,” ujarnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Eko Susanto menambahkan dalam menghadapi tantangan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melaksanankan langkah proaktif dengan membentuk Petugas Vaksinasi PMK.
Sebanyak 120 petugas, termasuk dari staf Dinas Peternakan, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Blitar dan PARAVETINDO cabang Blitar Raya, tergabung dalam tim yang tersebar di seluruh Kabupaten Blitar,”imbuhnya.
Ia juga menjelaskan informasi mendapat jatah vaksin PMK sebanyak 7000 dosis. Vaksin ini dikirim dari Jawa Timur untuk mencegah penyebaran virus PMK yang melanda hewan sapi.
Kadin Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Eko Susanto mengatakan, vaksin kiriman dari Jawa Timur ini rencana akan dipakai vaksin sapi prioritas wilayah radius kasus kematian ternak sapi akibat PMK.
“Dari 463 ekor ternak di Blitar terpapar PMK, 448 ekor sapi, 15 ekor domba. Dari angka itu ada 36 ekor sapi dan 1 ekor domba mati. Kemudian, 17 ekor dipotong paksa,” ungkapnya.
Kegiatan vaksinasi disegerakan dan diprioritaskan kepada hewan ternak dengan radius kasus kematian, karena vaksin yang diterima tidak sebanding dengan jumlah populasi ternak sapi dan domba di Kabupaten Blitar yaitu sekitar 800 ribu.
Ia juga memberi info dari hasil laporan dan investigasi petugas di lapangan telah terpetakan penyebaran kasus PMK di kecamatan yang akan menjadi prioritas sasaran vaksinasi PMK.
“Yang merebak di Kecamatan Ponggok. Kasusnya besar itu ada di Panggungresjo, Serang, Bacem, Kanigoro, dan Gogodeso. Itu yang akan kita prioritaskan,” ungkapnya.
Direncanakan akan membagi sesuai dengan prioritas dari populasi hewan ternak sapi dan domba di Blitar. Pihaknya berharap, agar segera ada droping susulan. “Droping vaksin bertahap. Saya belum tahu kapan droping lagi. Informasinya, akan segera ada droping vaksin susulan,” terangnya.
Kegiatan Meeting Koordinasi-Pengendalian PMK telah kami lakukan langkah-langkah penanganan vaksinasi wabah virus PMK melalui pihak ketiga dan beberapa peternak yeng sudah teroganisir melalui koperasi dan kelompok ternak telah melakukan vaksinasi mandiri melalui CSR,” ujarnya.
Kata Eko, vaksiniasi dengan pembiayaan CSR dari greenfiled, Jaya Abadi, dan Rukun Santoso itu vaksinasi di bawah kelompok peternak seperti KUD Semen (yang membawahi kelompok peternak sapi perah) dengan total vaksin 2.800, tapi baru tersedia 2.000 vaksin.
Ia menghimbau kelompok peternak sapi lebih mengutamakan kerjasama institusi lembaga seperti koperasi. Sehingga penanganan PMK lebih terstruktur dan lebih enak dibanding sapi pedaging yang tidak ada induk organisasinya.
“Saya berharap ada kelompok-kelompok peternak di setiap desa, supaya nantinya ada intitusi yang mengkoordinasi dan mengkonsolidasi. Cukup lewat unit-unit desa,” katanya.