
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Di atas “kanvas” Taman Kartini, Alun-Alun Utara Tulungagung, “lukisan” gerak nan memukau tercipta. Ratusan penari dari 15 sanggar di Tulungagung “menorehkan” keindahan dalam perayaan Hari Tari Sedunia, Minggu (27/4) pagi.
Acara ini menjadi “simfoni” eksistensi dan “melodi” konsistensi para seniman dalam “memahat” seni tari tradisional dan modern di tengah denyut nadi masyarakat.
Sejak “fajar” pukul 06.00 WIB, “panggung” terbuka ini “berbisik” melalui beragam karya tari dari tiap sanggar, berlanjut dengan “gelombang” flashmob yang “merangkul” para penonton dalam “tarian persatuan”. Suasana akrab dan meriah “merajut” kebersamaan dalam “galeri” seni tari Tulungagung.
“Puncak” dari “pertunjukan” ini adalah aksi empat penari – Anugrah Atalin Nilawati, Hapsari Mustikaningrum, Chorine Nur Shofa, dan Nuroqim – yang “melukiskan” ketahanan tubuh dalam “tarian waktu” selama empat jam tanpa jeda, dari “mentari” pagi hingga “rembulan” menjelang siang. Aksi ini menjadi “magnet” utama acara, sekaligus “puisi” penghormatan terhadap tubuh dan gerak sebagai “bahasa kalbu” tanpa kata.
“Ini adalah ‘prasasti’ kesadaran bahwa tubuh adalah ‘bait’ yang berharga. Setiap gerak adalah ‘larik’ tarian, karena tarian adalah ‘syair’ tanpa suara, ‘nada’ tanpa vokal,” ungkap Anugrah Atalin Nilawati, sang “perupa gerak” empat jam non-stop, di sela-sela “pameran” tari.
Tema “Gerakan Tak Terbatas Oleh Tubuh” menjadi “benang merah” perayaan tahun ini, “menggarisbawahi” bahwa keterbatasan fisik bukanlah “pagar” bagi kreativitas dan “warna” ekspresi seni.
Clairine Nur Shofa, salah satu “dalang” acara, menuturkan bahwa “menjelajahi” ruang gerak selama empat jam membutuhkan “ketahanan jiwa” dan “fokus batin” yang utuh. “Setiap karya adalah ‘perjalanan panjang’ untuk ‘merangkai cerita’ pesan melalui ‘guratan’ tubuh,” jelasnya.
Lebih dari sekadar “unjuk kebolehan”, acara ini juga bertujuan “merajut kembali” “ikatan” antar penari di Tulungagung. “Harapannya, seluruh ‘keluarga’ penari Tulungagung bisa ‘sehati’, ‘sejiwa’, saling ‘mendukung’, dan ‘mengapresiasi’ satu sama lain,” tambah Anugrah dengan “senyum” persahabatan.
Peringatan Hari Tari Sedunia yang “bersemi” setiap tanggal 29 April ini menjadi “monumen” penting bagi para seniman untuk “menegaskan keberadaan”, memastikan bahwa tarian tetap “hidup”, “menari” dalam dinamika zaman, dan terus menjadi “inspirasi” bagi generasi mendatang.
Jurnalis : Pandhu.
Editor. : Tanu Metir