TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Hari pertama kunjungan delegasi muhibah yang terdiri dari perwakilan pondok pesantren, perguruan tinggi, sekolah, dan yayasan Islam di Indonesia, berlangsung penuh antusias.
Pada pukul 10.30 waktu setempat, mereka tiba di kota tua Villingen, Jerman. Rombongan langsung melanjutkan ke Masjid Shalahuddin Al Ayyubi untuk melaksanakan sholat Dzuhur.
Setelah sholat, rombongan diterima dengan hangat oleh Doddy Primanda Kadarisman, Direktur Strategic Partnerships Global Katalyst e.V. Jerman, asli Yogja, Indonesia.
Doddy memberikan pengantar yang menginspirasi mengenai peluang pengembangan pemuda Indonesia di Jerman.
Menurut Doddy, Jerman saat ini membuka peluang emas bagi para pemuda Indonesia untuk kuliah gratis dan berpraktek di kawasan Black Forest.

Dia menjelaskan bahwa kawasan ini sangat strategis, tidak hanya karena udaranya yang segar dan bersih, tetapi juga karena terdapat banyak kampus dan industri yang mendukung pengembangan pemuda Indonesia.
“Saat ini, ada peluang bagi 10.000 pemuda Indonesia untuk kuliah gratis dan bekerja di kawasan ini,” ujar Doddy.
Namun, ia menekankan bahwa kemampuan berbahasa Jerman menjadi syarat utama untuk dapat masuk ke kampus di Jerman.
“Jika ada mahasiswa yang tidak betah atau tidak mampu beradaptasi, hal tersebut bukanlah kesalahan pemerintah Jerman, melainkan faktor pribadi mahasiswanya,” tambahnya.
Kesempatan ini disambut hangat oleh peserta muhibah. Menurut KH Imam Mawardi Ridlwan, Pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, tawaran pengembangan diri untuk pemuda Indonesia sangat penting dan harus direspons oleh pengelola pendidikan di Indonesia.
“Pemaparan yang komprehensif dari Direktur Kerjasama Strategis Global Katalis Jerman sangat tepat untuk diikuti oleh para pengelola pendidikan,” kata Abah Imam.
Dia merinci empat hal yang perlu disiapkan, yakni sosialisasi terkait keamanan, kenyamanan, dan humanisme di Black Forest, persiapan kemampuan berbahasa Jerman, penciptaan tempat bersama bagi mahasiswa, dan pembentukan integritas kepribadian yang kuat.
“Peluang kuliah gratis harus dijadikan peluang emas dengan menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Pemuda Indonesia akan siap bersaing secara global,” ungkap Abah Imam.
“Kami mohon doa agar pada tahun depan, para pemuda professional Indonesia dapat berkontribusi di berbagai industri di Jerman. Dan kami juga memohon doa pada tahun ini agar Global Katalis akan membuka lembaga persiapan kuliah ke Jerman di Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Solo,” tambah Doddy
Sambungnya, lembaga tersebut akan menyiapkan segala kemampuan dan identitas pemuda Indonesia yang akan kuliah di Jerman. Tujuannya adalah memberikan kemudahan dan bantuan, sehingga masa kuliah tidak terlalu lama.