160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT
banner hut ri

BMKG Beri Peringatan, Indonesia Bakal Alami Gangguan Ketahanan Pangan

JAKARTA, HARIAN-NEWS.com – Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi risiko gangguan ketahanan pangan.

Menurutnya, kerentanan ketahanan pangan di Indonesia akan meningkat karena kekurangan air yang disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan Bumi.

Dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Dwikorita mengungkapkan bahwa suhu permukaan Bumi telah naik sekitar 1,2 derajat Celcius dibandingkan dengan masa sebelum revolusi industri, dan 8 tahun terakhir merupakan rekor terpanas sepanjang sejarah.

“kenaikan suhu yang terjadi di Indonesia hingga 2023 kurang lebih sebesar 1,2 derajat Celcius dibandingkan di masa sebelum revolusi industri, dan 8 tahun terakhir ini tercatat merupakan rekor terpanas sepanjang sejarah,” kata Dwikorita, Minggu (26/11/2023).

750 x 100 AD PLACEMENT

Kenaikan suhu Bumi terus terjadi, termasuk sepanjang tahun ini yang terus memecahkan rekor. Juli 2023 bahkan menjadi bulan Juli terpanas dalam sejarah.

Kenaikan suhu global telah terjadi sejak tahun 1850-an, terutama karena pertumbuhan industri yang terus berkembang.

Dwikorita juga menyebut bahwa di Indonesia sendiri, kenaikan suhu belum terlalu signifikan karena luas lautnya jauh lebih besar dari luas daratannya, yang berperan sebagai pendingin.

“Akibat kekurangan air ini, diproyeksikan oleh organisasi meteorologi dunia, termasuk di Indonesia warnanya orange, terjadi kondisi kerentanan cukup tinggi terhadap ketahanan pangan,” jelasnya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Namun, kenaikan suhu Bumi telah menyebabkan kekeringan global. Dikarenakan kekurangan air ini, BMKG memproyeksikan bahwa Indonesia akan mengalami kondisi kerentanan cukup tinggi terhadap ketahanan pangan.

Dwikorita menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 2050, indikator ketahanan pangan di sebagian besar dunia akan berada pada level orange bahkan hitam, sementara Indonesia akan masuk dalam kategori orange.

Hal ini akan menyulitkan impor pangan karena negara-negara penghasil pangan juga mengalami kekeringan yang lebih parah.

“Hal itu membuat kita akan kesulitan impor karena negara-negara penghasil pangan pun malah mengalami kekeringan lebih parah,” tambahnya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Dwikorita juga memaparkan hasil pantauan BMKG terhadap perubahan iklim, di mana konsentrasi CO2 di GAW Kototabang melonjak dari sekitar 370 ppm menjadi 415 ppm.

Hal ini menyebabkan radiasi Matahari terhambat kembali ke angkasa, yang pada akhirnya akan berdampak pada Bumi, termasuk Indonesia, seperti punahnya es di puncak Jayawijaya tahun 2025 dan seringnya terjadinya cuaca ekstrem.

Untuk menghadapi hal ini, BMKG melakukan pelatihan adaptasi perubahan iklim, meningkatkan literasi iklim masyarakat, dan memperluas penerapan transformasi energi dari energi fosil ke non-fosil.

“Untuk itu BMKG melakukan pelatihan adaptasi perubahan iklim, meningkatkan literasi iklim untuk masyarakat, serta memperluas penerapan transformasi energi dari energi fosil ke nonfosil,” tegas Dwikorita.

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !