160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Pawai Budaya Gedangsewu: Anyaman Tradisi, Simpul Persatuan

Miswan, Kepala Desa Gedangsewu, Boyoy, Tulungagung bersama dua putri

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Denting gamelan berpadu dengan tabuhan kendang mengiringi langkah 1.100 peserta yang memadati jalan desa. Pawai budaya di Gedangsewu, Kecamatan Boyolangu, Minggu (14/9/2025), menjadi puncak perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia yang menjelma sebagai panggung besar kebhinekaan.

Sejak pagi, balai desa yang biasanya lengang disulap bak alun-alun raya. Warga tumpah ruah, larut dalam riuh sukacita, menyemarakkan pesta rakyat yang tak hanya penuh warna, tapi juga sarat makna.

Camat Boyolangu Eko, Kades Gedangsewu dan Tokoh Masyarakat

Kepala Desa Gedangsewu, Miswan, mengungkapkan rasa harunya. “Pawai budaya ini bukan sekadar hiburan, melainkan cermin semangat warga untuk tetap guyub rukun, menjaga persatuan, dan merawat kebhinekaan,” ujarnya penuh bangga.

Pendidikan Jadi Lentera Tradisi
Jika di tempat lain pawai hanya menjadi tontonan, Gedangsewu memberi sentuhan berbeda. Sekolah-sekolah dijadikan motor penggerak. Dari PAUD, TK, hingga SMK, para pelajar tampil membawakan ragam budaya Nusantara—Minangkabau, Toraja, Sunda, hingga Jawa.
“Generasi muda harus terlibat langsung, tidak sekadar menonton. Dari sini mereka belajar merawat tradisi sekaligus mencintai identitas bangsa,” tutur Miswan.

750 x 100 AD PLACEMENT
Atraksi peserta Pawai Budaya Desa Gedangsewu

Budaya Menghidupkan Ekonomi
Riuh budaya tak hanya memupuk persatuan, tetapi juga menggerakkan perputaran ekonomi. Di sepanjang jalur pawai, pedagang kaki lima menjajakan pentol, siomay, es teh, hingga minuman segar.
“Budaya yang hidup selalu memberi manfaat ganda. Selain memperkuat jati diri, ia juga menghidupkan ekonomi warga,” tegas Miswan.

Grup musik Pawai Budaya

Kolaborasi Lintas Generasi
Mengusung tema “Bersatu Berdaulat Rakyat Sejahtera”, pawai ini menegaskan kolaborasi lintas generasi. Para tokoh adat berjalan berdampingan dengan milenial dan Gen Z, menciptakan harmoni tanpa sekat.
“Kuncinya komunikasi. Silaturahmi dan koordinasi menjadi perekat kebersamaan,” ujar Miswan.

Warisan yang Terus Hidup
Meski melibatkan ribuan orang, perayaan berlangsung lancar tanpa hambatan berarti. Kesadaran warga menjadi modal utama.

Ke depan, Miswan menegaskan bahwa pawai budaya bukan sekadar seremoni tahunan. “Kami akan terus membina kelompok seni lokal, seperti jaranan dan reog, agar warisan budaya Gedangsewu tetap hidup, bukan hanya sekadar tontonan,” katanya mantap.

750 x 100 AD PLACEMENT
Ceria

Ruang Perjumpaan Nusantara
Pawai budaya Gedangsewu akhirnya menjelma bukan sekadar perayaan kemerdekaan, melainkan ruang perjumpaan lintas usia, lintas tradisi, dan lintas generasi. Ia adalah penegasan, bahwa kebhinekaan bukan sekadar slogan, melainkan napas kehidupan yang harus terus dijaga.

Jurnalis: Pandhu

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !