
Foto :Ade (44), penjual cilok dan tahu, tengah melayani pembeli di Car Free Day
TULUNGAGUNG, HARIAN- NEWS.com – Aroma gurih cilok dan tahu goreng menyeruak di antara riuhnya Car Free Day (CFD) Tulungagung, Minggu (11/5/2025) pagi. Di tengah lautan pejalan kaki, Ade, seorang nahkoda gerobak cilok dan tahu, setia menebar ‘jaring rezeki’ yang tak pernah sepi peminat.
Setahun sudah Ade menambatkan gerobaknya di jantung CFD Tulungagung, tepatnya sejak denyut nadi acara bebas kendaraan ini pertama kali berdetak di Alun-Alun kota.
“Kurang lebih sudah satu tahun, Mas. Saya mulai jualan dari awal CFD dibuka di sini, yang dulu itu,” ujar Ade, mengenang awal mula petualangannya.
Dengan ‘amunisi’ seribu biji cilok dan tahu, Ade mampu ‘menembak’ omzet hingga setengah juta rupiah dalam sehari. “Kalau bawa 1.000 biji, penghasilannya bisa sampai Rp500.000 per hari. Tapi kalau modalnya sekitar Rp400.000, biasanya bawa 800 sampai 400 biji,” jelasnya, merinci ‘peluru’ dagangannya.
CFD bagi Ade adalah ‘oase’ penjualan. Harga ‘ramah kantong’, mulai seribu hingga seribu lima ratus rupiah per biji, membuat dagangannya ludes bak ‘diserbu’ pembeli. “Kalau di CFD, penjualannya lebih bagus, Mas. Karena pengunjungnya banyak, otomatis dagangan kita ikut laku. Harganya pun murah, jadi banyak yang beli,” katanya, sumringah.
Tak ada ‘badai’ kendala berarti yang menerpa Ade selama berlayar di CFD. Justru, baginya, acara mingguan ini adalah ‘angin segar’ yang meniupkan semangat UMKM untuk terus bertumbuh.
“Alhamdulillah, adanya CFD ini bisa memajukan perekonomian kami para pedagang kecil. Selain menambah penghasilan, juga memperluas jangkauan pelanggan,” pungkas Ade, dengan senyum sehangat tahu gorengnya.
CFD Tulungagung bukan sekadar panggung olahraga dan rekreasi, melainkan juga ‘ladang subur’ pemberdayaan ekonomi akar rumput.
Harapannya, pemerintah daerah terus menjadi ‘nahkoda’ yang handal, mendukung dan mengembangkan kegiatan serupa demi terciptanya ‘pelabuhan’ usaha yang kokoh dan berkelanjutan.