TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com – Di tahun 2022 dan 2023 Kabupaten Tulungagung sempat dihebohkan oleh penyakit leptospirosis. Penyakit Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Beberapa hewan yang tergolong sebagai perantara penyebaran penyakit leptospirosis adalah tikus, babi, anjing dan hewan ternak seperti sapi dan kambing. Penularan penyakit leptospirosis ini dapat terjadi apabila terjadi cipratan cairan yang masuk ke mata, hidung, mulut dan dapat melalui jaringan kulit yang terbuka akibat luka.
Disampaikan oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr Kasil Rokhmad, melalui Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung Rabu (15/03/2023). Didik Eka Sunarya Putra mengatakan di tahun 2022 dan 2023 terdapat penderita Leptospirosis yang meninggal Dunia.
” Ditahun 2023 ini ada 4 penderita Leptospirosis, sebagian merupakan penderita tahun 2022 yang belum sembuh dan jumlah kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Ngunut serta rata-rata penderita penyakit ini adalah petani dan peternak yang tidak terbiasa menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). ” ungkap Didik Eka.
Gejala pada leptospirosis mirip dengan gejala penyakit demam, nyeri kepala tetapi lebih berat serta disertai dengan bengkak di kaki dan tangan dan nyeri pada bagian betis. Apabila gejala berlanjut ditandai dengan kulit menjadi kuning.
Masyarakat awam menganggap penyakit dengan gejala tersebut sederhana karena seperti gejala penyakit demam biasa. Sehingga lama untuk diketahui bahwa gejala tersebut bukan gejala penyakit demam biasa tetapi gejala penyakit Leptospirosis. Sehingga saat ditemukan penyakit tersebut adalah Leptospirosis, pasien sudah dalam kondisi yang cukup parah yang sudah mengarah ke gagal ginjal.
Jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam seperti kerusakan ginjal dan hati, bahkan hingga mengancam nyawa.
Setelah mengetahui berbagai gejala yang ditimbulkan apabila pasien terpapar bakteri Leptospirosis maka perlu tindakan pencegahan yang penting untuk diketahui, diantaranya adalah 3 hal seperti hygiene sanitasi, personal hygiene dan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Hygiene sanitasi dapat dilakukan dengan lebih menjaga kebersihan lingkungan seperti membersihkan area sekitar rumah agar tidak menyebabkan bakteri tersebut menetap dan berkembangbiak dilingkungan sekitar. Personal hygiene adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri seperti setelah melakukan aktivitas sebaiknya membersihkan diri dengan cuci tangan dengan sabun dan perlatan yang dipakai setelah beraktivitas. Demikian pula dalam beraktivitas sebaiknnya menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti sarung tangan dan sepatu Boots. Sedangkan Pengobatan yang dapat diberikan untuk menangani infeksi akibat bakteri Leptospira salah satunya dengan pengobatan Antibiotik tertentu.
Dengan ini anjuran dan Edukasi dari Dinas Kesehatan kepada masyarakat adalah seperti tiga hal percegahan: hygiene sanitasi, personal hygiene, penggunaan APD dan perlu adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan apabila mendapati gejala penyakit tersebut diharapkan segera memeriksakan ke Pelayanan Kesehatan agar dapat segera diidentifikasi dan ditangani.