
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Sabtu pagi (19/7/2025), halaman SDN 1 Kampungdalem, Tulungagung, Jawa Timur riuh oleh suara tawa, sorak-sorai, dan parade topi warna-warni yang mencuri perhatian siapa saja yang melihat. Siswa baru anak-anak kelas 1 (satu) berdiri penuh percaya diri, mengenakan karya kreatif mereka—topi dengan bentuk-bentuk tak biasa: dari robot hingga pelangi, dari dinosaurus hingga bunga-bunga besar.
Inilah momen penutup Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Ramah, dan suasananya jauh dari kaku—justru meriah, hangat, dan penuh cinta.
Muhadi, M.Pd., Kepala Sekolah SDN 1 Kampungdalem, berdiri di tengah kerumunan dengan senyum lebar. Baginya, kesederhanaan bukanlah penghalang untuk meninggalkan kesan.
“Sederhana tapi berkesan,” ucapnya dengan bangga. “Anak-anak menampilkan hasil kreativitas mereka. Itu bukan sekadar topi, tapi simbol keberanian dan ekspresi mereka yang pertama di sekolah dasar.”
Enam Hari yang Tak Terlupakan
Selama enam hari, siswa baru—terutama kelas 1—diperkenalkan pada lingkungan sekolah bukan dengan ceramah, tapi melalui permainan, cerita, dan eksplorasi menyenangkan. Mereka diajak mengenali ruang kelas, perpustakaan, kantin, hingga kamar mandi, sambil bermain sambung kata, menyusun puzzle sekolah, hingga berburu harta karun edukatif.
Tak ada tekanan. Tak ada ketegangan. Yang ada hanya kehangatan dan rasa ingin tahu yang terus dipantik oleh para guru. “Kami ingin anak-anak merasa sekolah itu tempat yang aman, menyenangkan, dan bikin mereka betah,” jelas Muhadi.
MPLS yang Bukan Sekadar Formalitas
Alih-alih menjadi rutinitas yang membosankan, MPLS Ramah di SDN 1 Kampungdalem justru menjadi gerbang awal membentuk karakter anak. Di sinilah bibit-bibit kepercayaan diri, kemandirian, dan kecintaan terhadap sekolah mulai ditanam.
Penutupan kegiatan pun tak hanya menjadi simbol berakhirnya masa orientasi, tetapi perayaan awal perjalanan baru mereka sebagai pelajar. Pemberian penghargaan kepada karya topi terbaik dilakukan dengan cara yang inklusif, menilai dari keunikan dan pesan edukatif—bukan sekadar estetika. Semua anak merasa diapresiasi.
Guru dan Kakak Kelas: Teman, Bukan Pengawas
Dalam MPLS ini, guru bukan hanya pengajar, tapi juga fasilitator dan pendamping. Kakak kelas ikut terlibat, membantu adik-adik baru mengenal sudut-sudut sekolah, mendongeng, bahkan menemani saat jam istirahat. Pendekatan ini memberi warna tersendiri: adik kelas merasa punya “teman besar”, bukan pengawas.
“Inilah pentingnya kolaborasi semua pihak. Guru, kakak kelas, dan panitia bekerja bareng. Karena atmosfer yang menyenangkan tidak muncul begitu saja—itu hasil dari kerja hati,” kata Muhadi.
MPLS Ramah, Sekolah Ramah Anak
Inovasi juga terlihat dari metode yang digunakan. Tahun ini, semua materi disampaikan dalam bentuk permainan edukatif. Setiap kelas memiliki konsep kegiatan yang berbeda, disesuaikan dengan gaya dan kreativitas guru masing-masing. Ada yang mengajak anak membuat denah sekolah, ada pula yang bermain drama kecil tentang tata tertib.
Anak-anak pun antusias.
“Senang, karena banyak main sama teman dan guru,” kata Salsa, salah satu siswa kelas 1, dengan polos dan gembira.
Harapan yang Besar, Langkah yang Kecil tapi Pasti
Muhadi menutup sambutannya dengan harapan besar: bahwa MPLS Ramah ini menjadi titik awal anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, percaya diri, dan punya daya cipta tinggi.
Ia menegaskan bahwa SDN 1 Kampungdalem akan terus konsisten menciptakan ruang belajar yang bebas dari kekerasan, nyaman, dan inklusif.
“Kami ingin sekolah ini jadi tempat yang mereka cintai. Tempat di mana setiap anak merasa dihargai dan punya tempat untuk tumbuh sesuai potensinya,” pungkasnya.
Dan di hari Sabtu itu, lewat topi-topi lucu, tawa anak-anak, dan semangat para guru, cita-cita itu sudah mulai terlihat nyata.
Jurnalis: Pandhu
Editor Tanu Metir