
Sispala SMK Negeri 1 Ngasem dan Kediri, Jawa Timur, dan Forum Kali Brantas angkat sampah 480 kg dari Sungai.
KEDIRI, HARIAN-NEWS.com – Peringatan Hari Keadilan Ekologis, 20 September 2025, tidak sekadar menjadi momentum seremonial. Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMKN 1 Ngasem bersama Forum Kali Brantas memilih turun langsung ke lapangan melalui aksi bertajuk Besuk DAS Brantas di Kali Tulungrejo, Pare, Kabupaten Kediri.
Tema kegiatan kali ini adalah “Alam Sebagai Pengikat Kebersamaan dan Kekuatan.”
Sebanyak 120 peserta terlibat dalam aksi yang memadukan kegiatan clean up, brand audit, hingga pemantauan kualitas air (water quality monitoring). Aksi ini menjadi bagian dari pendidikan dasar Sispala yang berprinsip zero waste.
“Besuk DAS Brantas bukan sekadar agenda bersih-bersih, tapi wujud cinta alam yang utuh. Bukan hanya penikmat, tapi penjaga,” tegas Rahmania Alfani Tis’atun, Ketua Pelaksana Diksar.
Sungai yang Jadi Tempat Sampah
Ironi tampak jelas di lokasi kegiatan. Sungai yang berada di kawasan Kampung Inggris—ikon pendidikan internasional—ternyata dipenuhi sampah. Tidak hanya plastik, tetapi juga popok, pakaian, hingga sterofoam. Dalam aksi sepanjang 100 meter aliran sungai, para relawan berhasil mengangkut 480 kilogram sampah, mayoritas berupa plastik sekali pakai.
Hasil brand audit menunjukkan sebaran sampah yang mengejutkan:
• Unbrand: 354 pcs
• Wings: 15 pcs
• Garuda Food: 7 pcs
• Mayora: 7 pcs
• Unilever: 7 pcs
“Plastik adalah beban sungai. Perusahaan pencemar harus bertanggung jawab. Itu amanat UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah,” jelas Widya Arum Crystiari dari Forum Kali Brantas.
Data Kualitas Air Mengkhawatirkan
Tidak berhenti di pengangkatan sampah, aksi ini juga mengungkap kondisi kualitas air. Hasil pemantauan menunjukkan pH 7,57, TDS 430 ppm, suhu 30,5°C, nitrat 2 ppm, dan fosfat 1,8 ppm. Angka fosfat tersebut jauh melampaui baku mutu yang diatur dalam PP No. 22/2021.
Kondisi ini berpotensi menimbulkan ledakan alga, mengganggu biota perairan, menyebabkan pendangkalan sungai, bahkan membahayakan kesehatan manusia. Fosfat berlebih diketahui dapat memicu gangguan pencernaan.
Warga Mendesak Regulasi Tegas
Keresahan juga dirasakan masyarakat sekitar. “Terima kasih anak muda sudah bantu membersihkan sungai kami. Tapi pemerintah jangan tinggal diam. Segera bentuk perda pembatasan plastik sekali pakai,” ungkap Chandra Iman Asrori, warga Pare.
Aksi Besuk DAS Brantas menjadi pengingat bersama: kerusakan lingkungan tidak bisa hanya diatasi oleh relawan. Dibutuhkan keterlibatan serius dari pemerintah dan tanggung jawab nyata dari korporasi. Hanya dengan sinergi itu, Sungai Brantas dapat kembali menjadi sumber kehidupan yang sehat dan berkelanjutan.
Jurnalis Pandhu
Editor Tanu Metir