160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Sambijajar Culture Carnival yang Kehilangan Nafas Tradisi

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Desa Sambijajar, Kecamatan Sumbergempol, seolah berdetak lebih kencang pada Minggu (5/7/2025). Dentuman sound system menggelegar di sepanjang jalan desa, menggiring ribuan warga larut dalam euforia Sambijajar Culture Carnival. Namun di balik gegap gempita itu, ada suara lirih budaya yang seolah tertelan volume—mempertanyakan: masihkah “culture” benar-benar menjadi roh karnaval ini?

Suhardi, Kepala Desa Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur bersama istri

Tradisi yang Mulai Tersisih
Kepala Desa Sambijajar, Suhardi, tak menampik perubahan arah yang kini terjadi.
“Memang betul, sekarang ini lebih banyak sound system. Dulu semua menonjolkan kreativitas. Tapi generasi muda sekarang lebih dominan, sulit diarahkan,” ujarnya.

Pernyataan itu seperti cermin yang memantulkan realitas getir. Karnaval yang dulu menonjolkan parade seni tradisional dan kreasi lokal, kini menjelma menjadi ajang adu dentuman ribuan watt. Budaya seakan beringsut ke tepi, menunggu kesempatan bicara di antara gemuruh musik modern.

Swadaya Tanpa Arah
Suhardi menegaskan, seluruh kegiatan merupakan hasil gotong royong masyarakat tanpa dukungan dana dari pemerintah desa.
“Tidak ada kucuran dana desa, semua murni inisiatif warga,” katanya.

750 x 100 AD PLACEMENT

Kemandirian ini layak diapresiasi, namun tanpa arah budaya yang jelas, semangat swadaya itu terancam kehilangan pijakan. Sambijajar yang dahulu dikenal kreatif kini tampak terombang-ambing di antara semangat kebersamaan dan gengsi hiburan.
“Dulu waktu saya kecil, tiap tahun warga jalan kaki muter desa malam hari. Kreatif sekali,” kenang Suhardi.
Kini, kenangan itu tinggal gema—tradisi seperti kehilangan nafas lamanya, tergantikan oleh pesta volume.

Karnaval yang Kehilangan Identitas
Tahun ini, lebih dari 2.000 peserta dari tiga dusun dan lima lembaga pendidikan turut serta. Sekitar 40 unit sound system berjejer sepanjang rute, menutup ruang bagi nyanyian budaya yang dulu menjadi jantung acara ini.
“Banyak yang bilang Sambijajar kehilangan jati diri. Dulu terkenal kreatif, sekarang tidak banyak yang seperti itu,” ungkap Suhardi lirih.
Seniman tradisional masih hadir, namun sekadar “pemanis acara”. Tidak ada rancangan yang mampu menjadikan karnaval ini sebagai ruang hidup bagi pelaku seni, pengrajin, maupun UMKM lokal.
“Yang suka reog ya tampil pas acara, habis itu ya sudah,” tambahnya.

Euforia yang Membutakan
Fenomena Sambijajar hanyalah satu potret dari banyak desa yang terhanyut oleh tren hiburan keras. Istilah culture carnival seolah kehilangan makna, menjelma menjadi sound carnival—pesta volume tanpa nilai.
Namun Suhardi tak menutup diri terhadap kritik.
“Nggak apa-apa, kritik itu perlu. Biar jadi bahan masukan untuk kita,” ucapnya.

Karnaval Sambijajar sejatinya menyimpan potensi besar: solidaritas warga, modal sosial, dan sejarah panjang kreativitas. Sayang, potensi itu kian terkikis oleh arus hiburan instan yang lebih memikat telinga ketimbang menggugah makna.

750 x 100 AD PLACEMENT
Sound, dentuman keras

Menurunkan Volume, Meninggikan Nilai
Pemerintah desa memang berhak berbangga atas partisipasi warganya. Namun kebanggaan itu akan bermakna bila disertai arah kebijakan yang menegaskan nilai budaya. Tanpa itu, Sambijajar berisiko dikenal bukan sebagai desa kreatif, melainkan desa dengan sound system terbanyak.

Budaya tidak akan tumbuh di antara dentuman. Ia hidup di antara ide, kreasi, dan semangat melestarikan jati diri. Jika Sambijajar Culture Carnival ingin tetap layak menyandang namanya, kini saatnya desa ini menurunkan volume dan meninggikan nilai.

Renungan Budaya
Sambijajar sebenarnya tidak diam—ia sedang berbisik, meminta anak-anaknya pulang kepada akar. Di antara dentuman dan lampu sorot, masih ada suara kecil yang setia memanggil: suara bambu, kendang, dan gamelan yang menunggu disentuh kembali. Karena budaya, sejatinya bukan sekadar tontonan—ia adalah denyut yang membuat sebuah desa tetap bernyawa.

️ Jurnalis: Pandhu ️
Editor:Tanu Metir

750 x 100 AD PLACEMENT

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !