
TULUNGAGUNG – Ancaman penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Tulungagung semakin mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja dan pelajar. Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Tulungagung mencatat, faktor utama yang mendorong remaja terjerumus narkoba adalah rasa ingin tahu yang tinggi, pengaruh pergaulan, dan lingkungan yang berisiko.
Ketua Tim Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Tulungagung, Suroso, S.Sos., MM., mengungkapkan, rasa penasaran dan faktor coba-coba menjadi pemicu utama remaja mencoba narkoba. “Faktor coba-coba ini muncul dari rasa penasaran dan pengaruh lingkungan yang kuat,” ujarnya saat ditemui di Kantor BNN Tulungagung.
Pil Double L Dominasi Peredaran
Suroso menjelaskan, jenis narkoba yang paling banyak beredar di Tulungagung adalah Pil Double L. Harganya yang terjangkau, sekitar Rp10.000 untuk empat butir, membuat narkoba ini mudah diakses remaja. “Pil Double L sangat berbahaya bagi kesehatan, dan harganya yang murah membuat banyak remaja tertarik,” tambahnya.
Sementara itu, narkoba jenis heroin jarang ditemukan di Tulungagung karena harganya yang mahal dan sulit diakses oleh kalangan remaja maupun masyarakat umum.
Edukasi dan Sosialisasi Intensif
Untuk menekan angka penyalahgunaan narkoba, BNN Tulungagung gencar melakukan sosialisasi melalui program Bang Soleh (Bersama Anak Sekolah Lawan Narkoba). Program ini menyasar sekolah-sekolah, termasuk pondok pesantren, serta melibatkan komunitas seperti perguruan silat PSHT dan Pagar Nusa.
“Kami telah bekerja sama dengan seluruh SMP negeri di Tulungagung dan beberapa SMA. Selain itu, kami juga menggandeng komunitas untuk ikut serta dalam kampanye anti-narkoba,” kata Suroso.
Rehabilitasi untuk Korban, Sanksi Tegas untuk Pengedar
BNN Tulungagung juga menyediakan layanan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba. Menurut Suroso, korban umumnya berawal dari coba-coba, bujuk rayu, bahkan ancaman dari komunitas tertentu. “Korban wajib direhabilitasi agar bisa pulih. Namun, bagi pengedar, bandar, dan kurir, sanksi hukum harus diterapkan,” tegasnya.
Tantangan Kesadaran Masyarakat
Suroso mengakui, tantangan terbesar dalam memerangi narkoba adalah meningkatkan kesadaran masyarakat. “Sering kali masyarakat baru menyadari bahaya narkoba setelah ada yang terkena dampaknya. Padahal, pencegahan harus dilakukan sejak dini,” jelasnya.
Untuk itu, BNN Tulungagung juga menjalankan program Ketahanan Keluarga Anti Narkoba yang difokuskan pada edukasi di desa-desa strategis. Melalui koordinasi dengan kepala desa dan lurah, program ini bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih peduli terhadap bahaya narkoba.
Menuju Indonesia Bersinar 2045
Suroso menutup dengan harapan agar seluruh elemen masyarakat bersatu dalam memerangi narkoba. “Mari kita selamatkan anak bangsa dan bersinergi mewujudkan Indonesia Bersinar—Bersih Narkoba—demi menyongsong Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Penulis : Pandhu
Editor. : Edy