
TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com —
Suasana khidmat dan rasa syukur menyelimuti peringatan HUT ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Koramil 0807/02 Boyolangu, Tulungagung, Selasa (7/10/2025). Namun di balik tumpeng dan doa bersama itu, tersimpan refleksi yang lebih dalam: bagaimana menjaga kepercayaan rakyat di tengah zaman yang kian terbuka dan kritis.
Camat Boyolangu, Drs. Eko Kennis Yulianto, MM, menegaskan, sinergi antara pemerintah kecamatan dan TNI harus lebih dari sekadar koordinasi formal.
“TNI bukan hanya garda terdepan pertahanan, tapi juga teladan dalam disiplin dan kerja nyata di tengah masyarakat,” ujarnya.
Dari Hierarki ke Humanis
Komandan Koramil Boyolangu, Kapten Infanteri Hariyanto, memotret perubahan arah pengabdian TNI di era modern. “Tantangan TNI sekarang bukan perang fisik, tapi menjaga trust publik di dunia yang menuntut transparansi,” tegasnya.
Menurutnya, kekuatan sejati TNI bukan terletak pada alat tempur, tetapi pada kedekatan dengan rakyat.
“Kepercayaan itu tidak bisa diminta. Ia tumbuh dari kerja nyata, kejujuran, dan keberpihakan pada masyarakat,” katanya.
Hariyanto menyadari, TNI tengah berbenah dari bayang-bayang feodalisme dan hierarki lama.
“Pangkat tidak berarti jarak. Kami semua pelayan bangsa,” ujarnya lugas.
Langkah kecil seperti komunikasi dua arah dengan warga, keterbukaan kegiatan, hingga kerja bersama di lapangan kini menjadi wajah baru TNI yang lebih humanis.
“TNI Rakyat” Bukan Sekadar Slogan
Di Boyolangu, makna “TNI Rakyat” diterjemahkan dalam tindakan nyata. Prajurit turun ke sawah membantu petani memperbaiki irigasi, ikut kerja bakti, hingga mendampingi warga saat bencana.
“Kami ingin masyarakat melihat TNI bukan sebagai institusi yang jauh, tapi saudara yang hadir saat mereka butuh,” tutur Hariyanto.
Bagi mereka, pengabdian tidak selalu berbentuk senjata — kadang justru lewat keringat dan kebersamaan di tengah rakyat.
Menjaga Pertahanan Sosial
Koramil Boyolangu juga aktif dalam program ketahanan pangan, reboisasi, pendampingan UMKM, hingga mentoring kewirausahaan pemuda.
“Menjaga pertahanan tidak selalu dengan senjata. Rakyat yang kuat adalah benteng pertahanan paling kokoh,” kata Danramil.
Langkah ini menandai transformasi TNI dari pasukan tempur menjadi motor penggerak pembangunan sosial.
Pesan untuk Generasi Muda
Menutup perayaan, Kapten Hariyanto mengirim pesan tajam bagi generasi penerus bangsa.
“Anak muda hari ini punya semangat besar, tapi sering kehilangan arah. Jangan malu mencintai negeri sendiri. Disiplin, kejujuran, dan tanggung jawab itu bukan milik tentara saja, tapi nilai universal untuk membangun bangsa,” ujarnya.
Peringatan HUT ke-80 TNI di Boyolangu bukan sekadar seremoni. Di baliknya tumbuh gerakan senyap tapi nyata — membongkar sekat hierarki, menolak feodalisme, dan menegakkan kepercayaan publik lewat kerja di akar rumput.
Delapan dekade setelah berdiri, TNI kini menapaki babak baru: dari institusi pertahanan menuju mitra rakyat — yang hidup, berpikir, dan bekerja bersama mereka.
Jurnalis: Pandh
Editor: Tanu Metir