160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Merajut Simfoni dari  Nangkula Park GEMA BUDAYA DI KENDALBULUR Berlangsung Meriah

Nangkula Park: Jadi Ajeng Festival Budaya Nusantara 

TULUNGAGUNG, HARIAN-NEWS.com — Sorot lampu menari di bawah langit Desa Kendalbulur, Kecamatan Boyolangu, Sabtu (4/10/2025) malam. Gamelan berdenting, jedor menggema, dan langkah para penari menorehkan kisah di panggung Nangkula Park. Festival Budaya Nusantara kembali hadir, membawa warna-warni Indonesia ke jantung Tulungagung.

Namun di balik gegap gempita itu, terselip pertanyaan yang tak kalah penting: sudahkah budaya benar-benar hidup dalam denyut pembangunan desa, atau hanya berhenti sebagai hiasan seremonial yang cepat berlalu?

750 x 100 AD PLACEMENT

Budaya Adalah Daya Hidup Bangsa”
Dalam sambutannya, Kepala Bakesbangpol Tulungagung, Agus Prijanto Utomo, S.E., menegaskan pentingnya keberagaman sebagai kekuatan bangsa.
“Festival ini bukan sekadar seremoni, tapi ruang memperkuat identitas dan persatuan bangsa,” ujarnya lantang di hadapan ratusan peserta.

Pernyataan itu seolah menegaskan bahwa panggung budaya bukan hanya tempat menari, tetapi ruang merawat jiwa bangsa. Namun, publik tetap berharap semangat ini tak berhenti di atas panggung — melainkan meresap ke dalam kebijakan nyata di tingkat desa.

Kendalbulur, Etalase atau Cermin Budaya?
Kepala Desa Kendalbulur, Anang Mustofa, S.E., menegaskan bahwa desanya berkomitmen menjadikan budaya sebagai penggerak ekonomi lokal.
“Kami gunakan dana desa untuk membina pelaku seni, memberdayakan UMKM, dan menjaga lembaga adat agar hidup,” ungkapnya.

Namun, publik menanti bukti: apakah program budaya benar-benar menyentuh pelaku seni dan pengrajin kecil, atau hanya berakhir sebagai tontonan tahunan?

750 x 100 AD PLACEMENT

Anak Muda dan Budaya Digital: Dua Dunia yang Harus Berdialog
Di tengah derasnya arus digital, Anang menyadari tantangan baru: generasi muda yang lebih akrab dengan gawai daripada gamelan. Pemerintah desa berupaya menjembatani keduanya melalui pelatihan digital positif dan promosi budaya di media sosial.
“Kami ingin anak muda cakap digital, tapi tetap mencintai budaya lokal,” katanya tegas.

Namun tanpa pendidikan budaya yang sistematis, pelestarian bisa tergelincir menjadi sekadar unggahan konten tanpa makna.

Lembaga Adat dan “Peta Jalan” Kebudayaan
Pemerintah desa kini tengah menyiapkan peta jalan kebudayaan untuk menjadikan Nangkula Park sebagai pusat kegiatan seni berkelanjutan. Program pelatihan karawitan dan sinden bagi siswa SD menjadi langkah awal.
“Investasi terbesar kami ada pada generasi. Anak-anak SD kini belajar gamelan dan sinden di Nangkula Park,” tutur Anang.

750 x 100 AD PLACEMENT

Sebuah langkah yang patut diapresiasi — meski publik berharap, peta jalan itu tak hanya berhenti di rencana, tapi benar-benar terwujud di lapangan.

UMKM dan Budaya: Sinergi atau Simbolik?
Deretan stan batik, gula merah, dan kerajinan bambu ikut memeriahkan festival. Namun, banyak yang bertanya: apakah geliat ekonomi ini berlanjut setelah festival usai, atau berhenti bersama padamnya lampu panggung?

Seringkali, festival besar hanya meninggalkan jejak foto, tanpa kesinambungan dukungan bagi pelaku lokal yang menjadi penopang ekonomi budaya.

Dari Panggung ke Kebijakan
Festival Budaya Nusantara di Kendalbulur adalah potret semangat yang indah — semangat menjaga akar, merawat warisan, dan menari bersama keberagaman. Namun sebagaimana irama gamelan yang hanya indah bila dimainkan bersama, budaya pun akan hidup bila menyatu dengan kebijakan.
Tanpa itu, setiap festival hanyalah simfoni semu — merdu di telinga, tapi hampa di akar masyarakat.

Laporan: Pandhu
Editor: Tanu Metir

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
Ayo ikut berpartisipasi untuk mewujudkan jurnalistik berkualitas!
Promo Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau !